Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Rahasia Racikan Bumbu Kacang Pentol Budi Mulia di Surabaya

GEROBAK jajanan pentol di depan RS Siloam Surabaya, Jl Karimun Jawa,  itu terlihat sama saja dengan gerobak penjual lain. Memang, ukurannya cenderung lebih besar dan tidak diletakkan di atas jok sepeda atau sepeda motor seperti yang biasa terlihat di depan sekolah-sekolah di Surabaya.

Namun dua buah panci yang identik dengan penjual pentol, berada di dalam gerobak  itu seperti penjual pentol pada umumnya. Ketika didekati, terpampang tulisan  ‘Pentol Budi Mulya’ tertera jelas di bagian atas gerobak yang waktu itu dikerumuni pembeli.

Empat  orang melayani pesanan pembeli yang beragam. Salah satunya, sang pemilik Pentol Budi Mulya, yakni Kardiyanto. Pria asal Solo itu sudah berjualan pentol sejak 1995 menggunakan gerobak dan berkeliling di area dekat RS Siloam. Baru tiga tahun terakhir ini, Kardiyanto memilih berdiam di depan tempat parkir rumah sakit itu.


Kerumunan pembeli terlihat cukup banyak. Padahal, tidak hanya gerobak Pentol Budi Mulya saja yang berada di depan rumah sakit. Ada tukang jualan minuman, dan makanan berat. Namun, gerobak mereka tidak seramai gerobak Pentol Budi Mulya.

Sepeda motor hingga mobil terparkir rapi di sisi-sisi gerobak Pentol Budi Mulya. Mayoritas pembeli  adalah orang dewasa karena lokasinya yang cukup jauh dari sekolah. Hanya ada SMA Giki yang letaknya berada hampir 300 meter jauhnya.

Pentol Budi Mulya memberi pilihan beragam. Mulai pentol pedas Rp 500, pentol berisi telur puyuh Rp 1.000, pentol kasar  Rp 1.000, serta tahu, siomay, dan gorengan yang dijual dengan potongan seperempat bagian seharga Rp 250. Boleh dibeli dengan harga Rp 1.000 dan mendapatkan satu potongan utuh.

Yang istimewa dari Pentol Budi Mulya adalah bumbunya. Ada pentol berbumbu pedas yang bisa dipilih sesuai level, yaitu level 1 bernama pentol selo, level 2 pentol depresi, dan level 3 pentol gila. Level-level ini berdasarkan jumlah sambal yang dicampurkan dalam satu plastik pentol.

"Sambal  yang  saya gunakan ini, saya buat sendiri, tanpa ada campuran bahan pengawet sehingga rasanya lebih segar," tutur Kardiyanto di sela melayani pembeli.

Ada pula yang banyak disukai, yakni bumbu kacang. Menurut Kardiyanto, bumbu kacang juga racikan sendiri tanpa bahan pengawet dan merupakan faktor yang membuat Pentol Budi Mulya itu menjadi lebih spesial dibandingkan pentol lain.

Banyak komentar positif dari para pembeli mengenai rasa bumbu kacangnya yang berbeda itu, selain rasa pentolnya yang kenyal dan tidak alot. "Pentolnya tasty banget,  sumpah, nggak bohong, apalagi bumbu kacangnya, bikin ketagihan," tutur Pipit, warga Pondok Tjandra, yang rajin mampir membeli.

Andar Nurmalita, salah satu pembeli lain yang berada di kerumunan bersama pembeli lainnya ketagihan untuk kembali mencoba Pentol Budi Mulya karena bumbu kacangnya yang memiliki rasa berbeda dari racikan pentol pada umumnya.

“Bumbu kacangnya itu bikin ketagihan sekali. Meskipun agak jauh dari kantor, tapi kalau jam istirahat sering memaksa tetap nyamperin ke sini,”  tukasnya.


Sedangkan, Ilyas, salah satu pembeli yang lain, memiliki komentar yang berbeda lagi. Dia cenderung lebih menyukai rasa pentol di Pentol Budi Mulya karena memang enak, kenyal dan rasa dagingnya cukup terasa. Bukan rasa tepung kanji.

Pentol Budi Mulya selalu ludes dibeli para pecinta kuliner pentol. Dalam sehari, Kardiyanto menghabiskan 17 kg hingga 20 kg daging sapi untuk membuat pentol. Biasanya,  gerobak sudah mangkal di depan RS Siloam mulai pukul 10.30 dan tutup usai Maghrib atau ketika pentolnya habis.

Sayangnya, beberapa kali Kardiyanto dan tiga karyawannya harus berkejaran dengan Satpol PP yang akan menertibkan dagangan di sekitar Jl Karimun Jawa.  "Jadi tidak tentu bisa buka jam berapa,” katanya.

Karena itu, Kardiyanto mulai melebarkan sayapnya dengan membuka beberapa stan atau menyediakan gerobak di lokasi lain. Misal, stan di dalam RS Siloam yang ada sejak 2,5 tahun lalu, di D’Kampoeng Surabaya Town Square (Sutos) dua tahunan terakhir, di kawasan Ngagel, dan di area Kayoon.

“Sebenarnya dulu juga ada cabang di daerah Brebek dan Tropodo, Sidoarjo, tapi penjualnya kurang serius sehingga harus tutup,” ceritanya.


Beberapa cabang itu pengelolaannya sudah diserahkan kepada orang lain. Hanya saja, suplai menu dan bumbu tetap dan asli buatan Kardiyanto. “Harga dan kemasannya juga beragam. Salah satunya di Sutos,  dijual per kemasan dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 15.000.

Kardiyanto kini sudah memiliki total 10 karyawan yang menjaga gerobak, stan, dan membantu membuat menu serta bumbu di rumahnya, di kawasan Wonorejo. Omzet dalam sehari dari berjualan pentol di depan RS Siloam itu berkisar Rp 3,5 juta hingga Rp 4 juta. Cukup untuk hidup merantau di Surabaya.

Para pecinta kuliner jajanan pentol rasanya belum afdol jika mengunjungi Surabaya tanpa mengunjungi dan mencicipi gerobak Pentol Budi Mulya yang tak pernah sepi itu. Harganya yang murah dengan rasa yang berkualitas tentu akan memanjakan para pelancong. (neneng uswatun hasanah)