Yang Anti Kolesterol, Pilih Saja Bebek Songkem Pak Salim
SATU sentakan kecil, kaki kanan bebek itu langsung terlepas dari tempatnya. Tidak perlu bekerja keras, karena dagingnya yang empuk itu mengelupas saat dicabut dengan tangan. Kalau tidak suka dengan sambal mangganya yang beraroma harum, daging dapat langsung memadukannya dengan hangatnya nasi putih.
“Mantap, enak banget (nyaman onggu),” kata Tari dari Jakarta sembari mengacungkan jempol tangannya. Perempuan cantik yang terlihat kepedasan ini memboyong sembilan orang keluarganya mampir ke Bebek Songkem Pak Salim, di Jl Raya Ketengan, Madura. “Turun dari kereta langsung ke sini.”
Keluarga besar yang hendak menghadiri pernikahan saudara itu memesan bebek songkem kukus, bebek songkem goreng, dan ayam goreng. Menu-menu ini memang menjadi andalan Bebek Songkem Pak Salim, yang tengah booming di dunia kuliner. Menu ini telah dinobatkan sebagai juara 1 Festival Kuliner se-Madura.
Bebek Songkem Pak Salim menempati bangunan seperti joglo, yang sederhana tapi cukup luas. Setidaknya, ada 12 meja saji di bangunan utama dan empat petak lesehan dengan ukuran 3 x 3 meter di sisi luar. Pilihan menunya dua : bebek dan ayam, dengan metode pengolahan kukus dan goreng.
Kalau satu ekor terlalu besar atau banyak, boleh memesan sepotong saja. Tentu saja, harganya berbeda jauh. Kebetulan, saya berkesempatan mencoba satu ekor bebek songkem dan satu ekor bebek goreng. Tidak perlu menunggu lama. Pelayanannya cepat.
Penampilan menu begitu menggoda. Satu paket berisi satu ekor, dilengkapi sambal mangga, irisan mentimun, daun pisang sebagai alas bebek songkem kukus, daun kemangi dan nasi putih. Sekujur daging bebek songkem kukus berselimut bumbu, campuran bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan cabai hijau.
Bentuk bebek goreng dan kukus hampir sama. Posisi kedua kaki bagian depan seperti orang merapatkan kedua tangan. “Kalau orang menyembah, mengatupkan kedua telapak tangan, sungkem kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati,” tutur Hj Mauluddijah Hermanto, penanggung jawab Bebek Songkem Pak Salim.
Cikal bakal bebek songkem dari Sampang, karena ada desa yang dikenal sebagai kampung ‘bebek songkem’. Songkem atau sungkem berkaitan dengan tradisi sungkem kepada orang yang dihormati, seperti orangtua, kiai dan tokoh.
Di setiap desa di Madura minimal ada seorang kiai yang oleh almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) disebut Kiai Ndeso. Mereka ini dengan sukarela mengajar mengaji anak-anak desa tanpa digaji. “Sebagai tanda terima kasih, wali murid kiai, pada hari-hari tertentu membawakan oleh-oleh spesial berupa bebek atau ayam,” terang Mauluddiyah.
Bebek Songkem Pak Salim mendapat suplai langsung dari Sampang untuk bahan baku bebek dalam keadaan sudah dikukus. Tinggal dihangatkan atau digoreng, tergantung pesanan. Kenapa bisa empuk?
Menurut Mauluddiyah, bebek dikukus tanpa air selama kurang lebih tiga jam. Ketika proses itulah, posisi leher dan kepala bebek ditekuk, menunduk seperti orang sungkem.
Sebagai pengganti air, digunakanlah pohon pisang untuk membantu memasaknya. Hasilnya, daging bebek yang empuk dan tetap menyatu utuh sementara bumbunya merasuk hingga ke tulang-tulangnya. Bahkan, kandungan minyak di kulit dan daging akan luruh sehingga bebek songkem kukus diklaim rendah kolesterol.
‘Jalur Bebek’ ala Jl Raya Ketengan, Bangkalan Madura
Jalan Raya Ketengan, Bangkalan, agak mirip dengan Jl Ketabang Kali di Surabaya. Satu ruas jalan yang penuh dengan kuliner enak. Bedanya, Jl Ketabang Kali, satu arah dan tidak terlalu panjang dengan aneka pilihan kuliner, sebaliknya Jl Raya Ketengan, yang dua arah itu, hampir semua kulinernya berbasis bebek atau ayam.
Jarak tempuh Surabaya-Bangkalan tidak lebih belasan menit dari Jembatan Suramadu. Selepas tol yang tarifnya sudah turun, tinggal 17 km menuju Jl Raya Ketengan. Saat siang merupakan puncaknya. Hampir semua deretan tempat kuliner di jalan itu penuh pembeli. Selain Bebek Songkem Pak Salim, ada beberapa yang lain.
Bebek Sinjay
Begitu digigit, teksturnya sangat empuk. Bumbunya meresap. Menikmati dengan nasi hangat, dan keremes saja, sudah sangat nikmat. Sambal pencit menambah selera makan. Sederhana tapi orang rela antre hanya untuk mencicipinya. Karena popularitasnya, bebek sinjay sekarang sudah menyebar ke berbagai penjuru tempat, di Surabaya, Sidoarjo dan kota lain.
Ole Olang
Rumah makan Ole Olang yang punya tagline ‘Madhura Ongghu Nyaman Ongghu’ (Madura Sungguh Enak Sungguh) menjadi jaminan rasa Madura yang sesungguhnya. Seluruh menu bergaransi 100% “Tidak ENAK Tidak Usah BAYAR”. Bebek Cetar Membahana adalah menu terlaris dan terfavorit. Nikmat dan gurih karena menggunakan bumbu khas Madura. Selain menu bebek ada Udang, Ayam, Gurami, Kepiting dan makanan khas Madura seperti Seporsi Nasi Jagung, Gengan Mronggih dan ikan asin.
Tera’ Bulan
Resto yang berarti ‘bulan purnama’ ini menyajikan bebek bengal. Resepnya bener-bener asli turun temurun dari Madura. Bebeknya pas gurihnya, pas kematangannya, jadi cukup lunak untuk dikunyah. Bebek goreng kecokelatan, tanda digoreng garing. Selain bebek bengal ada Soto Madura, yang benar-benar beda dengan Soto Madura lain, tidak terlalu berlemak dan kaya bumbu.
Ayam Geprek
Pedasnya kenangan bersama mantan pasti tak ingin terulang. Tetapi, pedasnya bersama Ayam geprek sambel korek yakin, pasti mau lagi. Rumah makan ini menyajikan ayam kampung dengan bumbu rempah pilihan sehingga bumbunya meresap sampai tulang. Makan bareng bersama keluarga akan lebih menyenangkan dengan suasana yang berbeda dibandingkan makan di rumah.
“Mantap, enak banget (nyaman onggu),” kata Tari dari Jakarta sembari mengacungkan jempol tangannya. Perempuan cantik yang terlihat kepedasan ini memboyong sembilan orang keluarganya mampir ke Bebek Songkem Pak Salim, di Jl Raya Ketengan, Madura. “Turun dari kereta langsung ke sini.”
Keluarga besar yang hendak menghadiri pernikahan saudara itu memesan bebek songkem kukus, bebek songkem goreng, dan ayam goreng. Menu-menu ini memang menjadi andalan Bebek Songkem Pak Salim, yang tengah booming di dunia kuliner. Menu ini telah dinobatkan sebagai juara 1 Festival Kuliner se-Madura.
Bebek Songkem Pak Salim menempati bangunan seperti joglo, yang sederhana tapi cukup luas. Setidaknya, ada 12 meja saji di bangunan utama dan empat petak lesehan dengan ukuran 3 x 3 meter di sisi luar. Pilihan menunya dua : bebek dan ayam, dengan metode pengolahan kukus dan goreng.
Kalau satu ekor terlalu besar atau banyak, boleh memesan sepotong saja. Tentu saja, harganya berbeda jauh. Kebetulan, saya berkesempatan mencoba satu ekor bebek songkem dan satu ekor bebek goreng. Tidak perlu menunggu lama. Pelayanannya cepat.
Penampilan menu begitu menggoda. Satu paket berisi satu ekor, dilengkapi sambal mangga, irisan mentimun, daun pisang sebagai alas bebek songkem kukus, daun kemangi dan nasi putih. Sekujur daging bebek songkem kukus berselimut bumbu, campuran bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan cabai hijau.
Bentuk bebek goreng dan kukus hampir sama. Posisi kedua kaki bagian depan seperti orang merapatkan kedua tangan. “Kalau orang menyembah, mengatupkan kedua telapak tangan, sungkem kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati,” tutur Hj Mauluddijah Hermanto, penanggung jawab Bebek Songkem Pak Salim.
Cikal bakal bebek songkem dari Sampang, karena ada desa yang dikenal sebagai kampung ‘bebek songkem’. Songkem atau sungkem berkaitan dengan tradisi sungkem kepada orang yang dihormati, seperti orangtua, kiai dan tokoh.
Di setiap desa di Madura minimal ada seorang kiai yang oleh almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) disebut Kiai Ndeso. Mereka ini dengan sukarela mengajar mengaji anak-anak desa tanpa digaji. “Sebagai tanda terima kasih, wali murid kiai, pada hari-hari tertentu membawakan oleh-oleh spesial berupa bebek atau ayam,” terang Mauluddiyah.
Bebek Songkem Pak Salim mendapat suplai langsung dari Sampang untuk bahan baku bebek dalam keadaan sudah dikukus. Tinggal dihangatkan atau digoreng, tergantung pesanan. Kenapa bisa empuk?
Menurut Mauluddiyah, bebek dikukus tanpa air selama kurang lebih tiga jam. Ketika proses itulah, posisi leher dan kepala bebek ditekuk, menunduk seperti orang sungkem.
Sebagai pengganti air, digunakanlah pohon pisang untuk membantu memasaknya. Hasilnya, daging bebek yang empuk dan tetap menyatu utuh sementara bumbunya merasuk hingga ke tulang-tulangnya. Bahkan, kandungan minyak di kulit dan daging akan luruh sehingga bebek songkem kukus diklaim rendah kolesterol.
‘Jalur Bebek’ ala Jl Raya Ketengan, Bangkalan Madura
Jalan Raya Ketengan, Bangkalan, agak mirip dengan Jl Ketabang Kali di Surabaya. Satu ruas jalan yang penuh dengan kuliner enak. Bedanya, Jl Ketabang Kali, satu arah dan tidak terlalu panjang dengan aneka pilihan kuliner, sebaliknya Jl Raya Ketengan, yang dua arah itu, hampir semua kulinernya berbasis bebek atau ayam.
Jarak tempuh Surabaya-Bangkalan tidak lebih belasan menit dari Jembatan Suramadu. Selepas tol yang tarifnya sudah turun, tinggal 17 km menuju Jl Raya Ketengan. Saat siang merupakan puncaknya. Hampir semua deretan tempat kuliner di jalan itu penuh pembeli. Selain Bebek Songkem Pak Salim, ada beberapa yang lain.
Bebek Sinjay
Begitu digigit, teksturnya sangat empuk. Bumbunya meresap. Menikmati dengan nasi hangat, dan keremes saja, sudah sangat nikmat. Sambal pencit menambah selera makan. Sederhana tapi orang rela antre hanya untuk mencicipinya. Karena popularitasnya, bebek sinjay sekarang sudah menyebar ke berbagai penjuru tempat, di Surabaya, Sidoarjo dan kota lain.
Ole Olang
Rumah makan Ole Olang yang punya tagline ‘Madhura Ongghu Nyaman Ongghu’ (Madura Sungguh Enak Sungguh) menjadi jaminan rasa Madura yang sesungguhnya. Seluruh menu bergaransi 100% “Tidak ENAK Tidak Usah BAYAR”. Bebek Cetar Membahana adalah menu terlaris dan terfavorit. Nikmat dan gurih karena menggunakan bumbu khas Madura. Selain menu bebek ada Udang, Ayam, Gurami, Kepiting dan makanan khas Madura seperti Seporsi Nasi Jagung, Gengan Mronggih dan ikan asin.
Tera’ Bulan
Resto yang berarti ‘bulan purnama’ ini menyajikan bebek bengal. Resepnya bener-bener asli turun temurun dari Madura. Bebeknya pas gurihnya, pas kematangannya, jadi cukup lunak untuk dikunyah. Bebek goreng kecokelatan, tanda digoreng garing. Selain bebek bengal ada Soto Madura, yang benar-benar beda dengan Soto Madura lain, tidak terlalu berlemak dan kaya bumbu.
Ayam Geprek
Pedasnya kenangan bersama mantan pasti tak ingin terulang. Tetapi, pedasnya bersama Ayam geprek sambel korek yakin, pasti mau lagi. Rumah makan ini menyajikan ayam kampung dengan bumbu rempah pilihan sehingga bumbunya meresap sampai tulang. Makan bareng bersama keluarga akan lebih menyenangkan dengan suasana yang berbeda dibandingkan makan di rumah.