Segarnya Dawet Jabung Khas Kota Reog Ponorogo
PONOROGO bukan hanya sate. Ada Dawet Jabung yang khas rasanya. Silakan ke Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Ponorogo. Kamu bisa temui banyak penjual dawet seperti Dawet Jabung Mba Pur, Mba Yuna, Bu Sumirah, Bu Sumini, dan sebagainya.
Yang legendaris, tentu saja, Dawet Jabung, yang jualan di perempatan lampu merah Jabung. "Saya generasi ketiga, meneruskan usaha ibu," ujar Sri Muntamah (35), penjual Dawet Jabung Bu Sumini.
Generasi pertama keluarga menjajakan Dawet Jabung secara berkeliling dengan cara dipikul, keliling kampung. Saat ini, sudah menetap dan punya banyak pelanggan, termasuk sejumlah tokoh nasional.
"Hidayat Nur Wahid, Din Syamsudin, Kirun, Ipong," ujarnya.," kata ibu dua anak ini. Sejak tahun 2000, mulai banyak bermunculan penjual dawet di Desa Jabung hingga akhirnya daerah itu terkenal sebagai sentra kuliner dawet di Ponorogo.
Dawet Jabung Bu Sumini menggunakan bahan tepung aren. Rasanya cendol warna putih ini lembut dan kenyal. Cara menghidangkannya dengan mangkuk kecil, dicampur santan, gula merah, gempol, tape ketan hitam, dan air garam.
Harga seporsi atau semangkuk Dawet Jabung Rp 3.500 (valid 2018). Selain menikmati segarnya dawet, pecinta kuliner bisa memiliha camilan seperti gorengan, tahu, pisang,lentho, weci atau bakwan, dan kacang bawang goreng.
Popularitas Dawet Jabung tidak lepas dari legenda Warok Suromenggolo. Alkisah, tangan kanan Bathoro Katong, putra Brawijaya V (Raja Majapahit) yang juga pendiri sekaligus bupati pertama Ponorogo itu, berkelahi dengan bangsa lelembut (jin).
Jin bernama Klenting Mungil, penguasa Gunung Dloka menggunakan pusaka aji dawet upas. Konon pusaka sakti berbentuk cendol dawet itu berasal dari mata manusia. Kedidagyaan aji dawet upas membuat Suromenggolo serasa terbakar hingga pingsan.
Penggembala sapi, Ki Jabung menolongnya. Baluran dawet bikinan Ki Jabung membuat Suromenggolo pulih. Bahkan Jin Klenting dan Jin Gento mampu ditaklukan. Sebagai bentuk terima kasih, Warok Suromenggolo berujar (bersabda), kelak warga Desa Jabung akan hidup makmur dari berjualan dawet.
Ani (32), penjual dawet Jabung Bu Sumini di Jalan Raya Trunojoyo, sebelah timur SPBU, Tambak Bayan, Ponorogo, menyebutkan, Dawet Jabung telah menyebar ke daerah lain, termasuk di kota besar di Jawa Timur. "Meski ditiru dari sisi rasa tetap beda," katanya.
Kamu tertarik atau membuat Dawet Jabung, coba dengan resep di bawah ini.
Yang legendaris, tentu saja, Dawet Jabung, yang jualan di perempatan lampu merah Jabung. "Saya generasi ketiga, meneruskan usaha ibu," ujar Sri Muntamah (35), penjual Dawet Jabung Bu Sumini.
Generasi pertama keluarga menjajakan Dawet Jabung secara berkeliling dengan cara dipikul, keliling kampung. Saat ini, sudah menetap dan punya banyak pelanggan, termasuk sejumlah tokoh nasional.
"Hidayat Nur Wahid, Din Syamsudin, Kirun, Ipong," ujarnya.," kata ibu dua anak ini. Sejak tahun 2000, mulai banyak bermunculan penjual dawet di Desa Jabung hingga akhirnya daerah itu terkenal sebagai sentra kuliner dawet di Ponorogo.
Dawet Jabung Bu Sumini menggunakan bahan tepung aren. Rasanya cendol warna putih ini lembut dan kenyal. Cara menghidangkannya dengan mangkuk kecil, dicampur santan, gula merah, gempol, tape ketan hitam, dan air garam.
Harga seporsi atau semangkuk Dawet Jabung Rp 3.500 (valid 2018). Selain menikmati segarnya dawet, pecinta kuliner bisa memiliha camilan seperti gorengan, tahu, pisang,lentho, weci atau bakwan, dan kacang bawang goreng.
Popularitas Dawet Jabung tidak lepas dari legenda Warok Suromenggolo. Alkisah, tangan kanan Bathoro Katong, putra Brawijaya V (Raja Majapahit) yang juga pendiri sekaligus bupati pertama Ponorogo itu, berkelahi dengan bangsa lelembut (jin).
Jin bernama Klenting Mungil, penguasa Gunung Dloka menggunakan pusaka aji dawet upas. Konon pusaka sakti berbentuk cendol dawet itu berasal dari mata manusia. Kedidagyaan aji dawet upas membuat Suromenggolo serasa terbakar hingga pingsan.
Penggembala sapi, Ki Jabung menolongnya. Baluran dawet bikinan Ki Jabung membuat Suromenggolo pulih. Bahkan Jin Klenting dan Jin Gento mampu ditaklukan. Sebagai bentuk terima kasih, Warok Suromenggolo berujar (bersabda), kelak warga Desa Jabung akan hidup makmur dari berjualan dawet.
Ani (32), penjual dawet Jabung Bu Sumini di Jalan Raya Trunojoyo, sebelah timur SPBU, Tambak Bayan, Ponorogo, menyebutkan, Dawet Jabung telah menyebar ke daerah lain, termasuk di kota besar di Jawa Timur. "Meski ditiru dari sisi rasa tetap beda," katanya.
Kamu tertarik atau membuat Dawet Jabung, coba dengan resep di bawah ini.
- 100 gr tepung sagu dari aren
- 50 gr tepung beras putih
- 600 ml air putih
- 1/2 sdt garam
- 1 sdt gula pasir
- 1 sdm air kapur sirih
- 1 sdm minyak goreng
- Campur semua bahan, aduk hingga tercampur rata, bila perlu disaring agar tidak ada tepung yang menggumpal.
- Rebus larutan tepung dengan api sedang, sambil diaduk hingga mengental dan larutan meletup.
- Siapkan wadah berisi air matang dingin dari kulkas.
- Tuangkan adonan cendol ke cetakan cendol dan tekan agar adonan keluar dari cetakan.
- Tampung cendol dalam wadah berisi air matang dingin.
- Biarkan cendol terendam dan mengeras di dalam air dingin beberapa saat sebelum jadi bahan membuat dawet jabung.