Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Petani Magetan Membuat Kuliner Abon Telur yang Nikmat

CITA rasa nikmat abon telur ini tak ubahnya abon dari daging sapi. Sayangnya, kuliner yang sudah empat tahun muncul di Desa Plumpung, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur ini, belum diproduksi secara massal.

"Masaknya masih konvensional, belum diproduksi massal dengan mesin. Kalau secara pemasaran, sudah menjangkau delapan kota seperti Malang, Surabaya, Jember, Lumajang, Gresik, Madiun, Ponorogo, dan  Magetan," kata Taufik Efendi, warga yang keseharian menjadi petani, Sabtu (3/4/2021).

Setiap bulan Taufiq Efendi baru dapat memproduksi abon telur maksimal 200 bungkus. Setiap bungkusnya beratnya 70 gram, dijual dengan harga Rp 35.000 atau total sebulan bisa baru menghasilkan Rp 7 juta.

Bagaimana cara Taufiq Efendi membuatnya? Tentu saja, mulai dari meracik bumbu lebih dulu, mengaduk telur, membuat serat abon dari telurnya, hingga mengemas. Semua berjalan secara manual. Sang istri membantu memasaknya.

"Yang paling sulit itu membuat bumbu. Ini kunci agar rasa enak abon telur itu tetap, harus hapal takarannya. Jangan sampai, produk hari ini rasanya tidak sama dengan yang kemarin," jelasnya.

Menurut Taufiq Efendi, setelah menggoreng telur biar berserat, kemudian mengeringkannya dengan mesin. Baru meracik bumbu, seperti cabai rawit, kemiri, jinten, bawang putih, daun salam, gula merah dan gula putih. Semua itu diblender jadi satu.

Setelah bumbu siap, digongso (digoreng dengan minyak sedikit) di wajan dengan api kecil, baru telur berserat itu masuk wajan. Telur berserat itu digongso bersama bumbu, setelah warnannya merah seperti gosong, diangkat dan didinginkan, baru proses akhir, pengemasan.

Sejak pandemi Covid 19, pesanan turun drastis dari tujuh daerah itu selain Magetan. Sekarang pesanan tinggal 100 bungkus, paling banyak 150 bungkus. Untuk mendongkrak kembali penjualan abon telurnya, Taufiq Efendi menambah varian rasa (orisinal, pedas manis, dan manis biasa). (*)

Auto Europe Car Rental