Cara Foto Gratis dan Ciamik, Datang Saja ke 'Hamparan Peacock' di Desa Sumberejo, Batu
Bunga warna warni itu yang membuat saya, dan banyak orang yang mampir, melakukan swafoto alias selfie. Bagi saya yang biasa melihat gedung bertingkat, bangunan beton, jalan layang di diperkotraan, hamparan peacock merupakan sesuatu yang luar biasa. Salah satunya, perempuan yang kebetulan dekat dengan saya.
Namanya, Suni, dia mengatakan, pemandangan seperti ini yang selalu dicari orang perkotaan seperti dirinya. "Di tempat saya tidak ada yang seperti ini," katanya.
Bunga peacock berbentuk mungil, kalau dalam ilmu biologi, merupakan keluarga aster dan banyak dimanfaatkan untuk memperindah dekorasi panggung perayaan, pernikahan atau seminar. Bunga jenis ini tumbuh dan mekar tak mengenal musim.Nah, kamu gaes, yang mau menikah, boleh pertimbangkan untuk menggunakan bunga ini.
Hanya saja, bunga yang satu ini kalah sama air hujan. Kebetulan kan, waktu saya datang, dan beberapa orang itu, hujan masih secara intensif mengguyur. Hasilnya, ya bisa ditebak, kualitas bunga peacock tidak sebaik biasanya, maksudnya dibandingkan di musim kemarau.
"Tapi, ya keindahannya, tetap terlihat kok. Pokoknya jangan sampai merusak, apalagi sampai dipetik. Kasihan petaninya kalau dirusak. Sudah gratis kok malah dirusak," kata Suni kepada saya.
Hamparan bunga Peacock di lahan sekitar 1000 meter persegi itu tampaknya menjadi perhatian khusus bagi siapa saja yang melintas. Banyak yang mampir untuk sekedar memotret. Ada juga yang berswafoto seperti Suni.
Bagaimana tidak, bunga itu ada warna ungu, ada putih dan ungu muda terlihat sangat mencolok. Siapapun yang melintas tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan mekarnya bunga yang memiliki masa tanam selama empat bulan itu juga tidak kenal musim.
Satu di antara petani bunga Peacock, Utomo tidak mempermasalahkan apabila ada yang ingin berfoto di lahan pertanian itu. Hanya meminta agar tidak sampai merusak tanaman. Sejauh ini saat bunga Peacock bermekaran selalu ada yang mampir untuk berfoto. (*)