Ketika Monyet Mengambil Kacamata Saya di Uluwatu, Bali
Kami menyusuri Uluwatu pada siang hari yang sangat terik sambil melihat keindahan panorama yang sangat memukau hati. Saya berjalan bersama kedua teman saya, Lizeth dan Verena. Walau panas terik menghadang, kami tetap terus berjalan demi keindahan alam di tempat itu. Setelah puas, kami ke tempat pengembalian selendang yang sekaligus dekat tempat pemarkiran bus sekolah.
Tiba-tiba seekor monyet tanpa kami sadari mendekat dan mengincar kacamata saya. Gerakan refleks saya lakukan untuk melindungi wajah. Hasilnya kacamata saya diambil dan tangan salah satu teman saya, Verena tercakar kuku monyet itu.
Awalnya tak sadar jika kacamata diambil. Ketika teman-teman menanyakan “Lho kacamatamu di mana T? Kacamatamu diambil lo T.” Langsung panik ketika mendengar hal itu.
Untung wajah saya tak apa-apa, hanya tercakar sedikit oleh kukunya. Salah satu Bli mengambilkan kacamata saya kembali. Saat perjalanan keluar dari Uluwatu, di dalam bus, saya sangat trauma dengan peristiwa yang saya alami.
Berulang kali saya mendapat pertanyaan “Kacamatamu diambil ta Drey? Sampai bosan menjawab “Yo kok tau”. Rasa kesal dan trauma sempat meliputi satu hari itu. Sesampai Lizeth mengerjai saya untuk kebahagiaan sesaat,“Monyet iku lo drey”.
Berkata demikian sambil menunjuk apapun yang ada di dekat saya dengan tujuan membuat saya kaget . Teman saya yang satu itu berhasil menjalankan misinya, tetapi seharusnya itu wajar karena saya mengalami trauma berat dengan monyet.
Bahkan ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya dan membawa payung, dan saat payung itu mengenai saya dan saya kira itu monyet lagi. Ternyata setelah menoleh beberapa derajat saya mengetahui itu bukan keberadaan monyet.
Orang-orang meledek dan menertawai saya, dan saya hanya bisa mengubah warna wajah menjadi merah dan tersenyum sambil menahan malu. Menit detik terlewatkan tetapi perasaan trauma itu masih terpendam sampai saat ini.
Saya menyadari kejadian itu juga memberikan sebuah peringatan agar saya lebih berhati-hati walau hanya dengan hal yang kita remehkan sekalipun. Kejadian yang saya alami tidak membuat hari-hari saya yang lewati bersama teman-teman menjadi sepenuhnya buruk. (Audrey Geraldine)