Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mampirlah ke Pasar Beringharjo Sekarang Buka hingga Malam

PASAR Beringharjo adalah salah satu ikon Kota Yogyakarta legendaris selain Keraton, Tugu, Pakualaman, Ngejaman, dan Air Mancur (sekarang sudah hilang). Dulu sebetulanya, ada Senisono, di dekat Kilometer Nol, sebelah selatan Gedung Agung, entah sekarang masih ada atau tidak. Pasar becek (wet market) ini sudah tidak becek lagi. Dulu, ketika saya masih kecil, ya, memang becek gang atau lorong-lorong pasarnya.

Bau amis campur bau sirih dan tembakau. Maklum, yang jualan kan mbok-mbok, yang masih suka nginang. Tau nginang nggak? Nginang adalah tradisi makan sirih. Sebelum dimakan, mbok-mbok ini meramunya dengan tembakau, kapur, gambir, dan buah pinang. Dulu hukumnya wajiblah walau sekarang nggak. Perempuan pasti ogah karena giginya berubah jadi cokelat.

So, budaya nginang adalah sebuah kebiasaan memakan sirih dengan bahan campuran tertentu, yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Istilah popular yang dipakai untuk makan sirih adalah bersugi, bersisik, menyepah, nyusur, dan nginang. Sekarang, wajah Pasar Beringharjo sudah berubah. Bertembok dan tingkat. Kalau dulu semiterbuka karena udaranya masih bersih meski tempatnya becek. Jadi, kalau bilang nyaman, mungkin sekarang lebih nyaman, tapi dulu juga nyaman kok.

Meski secara fisik berubah, satu yang tidak hilang. Tradisi tawar menawar di pasar ini. Kadang ada yang sangat kejam, menawar setengah dari harga yang ditawarkan. Padahal, kalau beli sesuatu di minimarket, nggak pernah menawar, berapapun harganya. "Sangat crowded, tapi ini tempat terbaik menemukan batik. Harganya kaki lima, bahkan kita boleh nego harganya lagi," kata seorang pengunjung, Bella. (Namanya pasar ya pasti kalau pas penuh, akan crowded, bisa untel-untelan, senggol-senggolan, saling bertukar keringa. Bukan begitu Bella).

foto : hilman haris w @hilmanhw
Batik salah satu barang yang banyak dicari pengunjung. Miriplah dengan Pasar Klewer di Solo. Tapi batiknya standar lah, batik cap, bukan batik tulis, apalagi batik sutera. Nah, kalau yang batik sutera, pengunjung bisa menyeberang ke arah barat, di sana ada Batik Hamzah. Kalau saya tidak salah, Batik Hamzah ini, lokasinya menempati bekas Batik Miroto, toko batik yang legendaris. Dulu toko ini pernah terbakar hebat. Kemungkinan besar ganti pemilik sehingga namanya berubah. Padahal, saya suka sekali ke Batik Mirota untuk cari suvenir. Unik-unik.

Bukan hanya batik. Begitu masuk dari pintu gerbang utama yang berarsitektur Jawa-Belanda warna hijau, pengunjung dapat menemukan kuliner tradisional seperti Brem Bulat khas Jogja yang memiliki tekstur lembut, Krasikan (dodol yang bahan utamanya dari tepung beras, gula jawa, dan hancuran wijen), Pastel, Risoles, Kroket, Bakpia khas Yogyakarta, Hung Kwe maupun Nagasari.

Selain itu kuliner mainstream lain seperti Bakso, Soto, Mie Ayam, maupun Sate yang dijual di depan pintu gerbang utama Pasar Beringharjo. "Kalau pagi bisa menemukan soto legendaris Bu Pujo," tutur Hilman Haris W. Tapi, kalau budget kamu minim, makan saja di Angkringan seberang Depot Daging Selasih. Dijamin murah dan kenyang.

Mulai Rabu (11/4/2018), Pasar Beringharjo tidak tutup pukul 17.00 WIB, tapi buka hingga malam hari, pukul 21.00 WIB. Sebanyak 914 dari 1.535 pedagang bagian barat berpartisipasi dalam uji coba operasional malam Pasar Beringharjo. Jumlah itu sudah mencapai 59,5 persen total pedagang yang ada di keseluruhan Pasar Beringharjo.

Jadi, sekarang, kalau sudah jalan kaki sepanjang Jl Malioboro, bisa mampir ke Pasar Beringharjo, atau yang sudah putar-putar tempat wisata di Jogja seharian, malamnya dapat berhenti dan beli oleh-oleh di pasar ini. Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dan Heroe Poerwadi berharap dengan pelayanan sampai malam para wisatawan bisa lebih banyak waktu untuk berbelanja di Beringharjo. (*)

Transportasi Menuju ke Pasar Beringharjo
Dari Bandara Adisucipto
a. Kereta api Prameks (tarif Rp 10.000 lewat setiap 30 menit) atau Madiun Jaya (tarif tiket Rp 20.000). Untuk mencapai loket pembelian tiket, silakan berjalan melalui pintu keluar yang berupa lorong. Turun di stasiun Tugu, kemudian jalan kaki ke arah Selatan (kurang lebih 900 meter) menyusuri Jalan Malioboro
b. Bus (Tans Jogja) tiket Rp 3.000 (setiap 15 menit). Untuk menuju loketTrans Joga, silakan berjalan melalui pintu keluar yang berupa lorong.
c. Taksi (Tarif sekitar Rp 40.000). jika anda menggunakan taksi lebih baik memilih taksi yang menggunakan argo (misalnya Jazz Taxi telepon 373737). Rata-rata taksi bandara tidak mau menggunakan argo, jadi harus pandai-pandai melakukan tawar menawar
d. Ojek Motor (tarif sekitar Rp.20.000 tergantung nego)

Dari Stasiun Tugu
Jarak antara stasiun Tugu dengan Pasar Beringharjo kurang lebih 1km. Stasiun ini hanya diperuntukkan bagi penumpang kereta api antar kota yang Bisnis dan Eksekutif, Prameks, Madiun Jaya. Dan anda bisa memilih beberapa alternatif berikut ini
a. Berjalan kaki ke arah Selatan (kurang lebih 900 meter) menyusuri Jalan Malioboro
b. Naik Becak (biaya kurang lebih Rp.10.000
c. Naik Andong (biaya kurang lebih Rp.20.000

foto : hilman haris w @hilmanhw

Dari Stasiun Lempuyangan
Jarak antara stasiun Lempuyangan dengan Pasar Beringharjo kurang lebih 1.500 meter. Dan anda bisa memilih beberapa alternatif berikut ini. Biasanya kereta api jenis Ekonomi dari kota lain berhenti di stasiun ini.
a. Berjalan kaki
b. Naik Becak (biaya kurang lebih Rp.10.000)
c. Naik Andong (biaya kurang lebih Rp.20.000- Rp. 30.000

Dari Terminal Bus Giwangan: Naik trans Jogja Route 3A (Tiket Rp.3000)
Dari Terminal bus Jombor: Naik trans Jogja Route 2A (Tiket Rp.3000)
Pilihan lain : transportasi online. Pastikan di Google Maps, pakai Pasar Beringharjo (dekat Ngejaman, atau Batik Hamzah)
Auto Europe Car Rental