Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bubur Abah Odil di Malang, Tanpa Kuah, Rasa Istimewa

SEJAK buka tahun 2004 hingga sekarang, menu bubur menjadi andalan utama Abah Odil. Tapi varian menunya menyesuaikan segmentasi pelanggan. Varian baru biasanya untuk outlet kelas menengah ke atas.

Pecinta kuliner sulit menemukan bubur di awal tahun 2000-an. Salah satunya, Abah Odil, yang bernama asli Ate Rushendi. Dia mengalami sendiri, mencari bubur karena tamunya yang berasal dari Tasikmalaya ingin menikmatinya.

“Dari situ, naluri saya untuk buka usaha,” ujar Abah Odil saat ditemui di kedainya yang baru saja dibuka di Jl Welirang No 2 Kota Malang, Sabtu (15/6/2019). Perlahan tapi pasti, usaha bubur yang dimulai dari sebuah gerobak itu, semakin sukses.

Kesuksesan itu cita rasa bubur Abah Odil yang tetap terjaga.  Kini, ada tujuh outlet di Kota Malang dan dalam waktu dekat, terus bertambah di luar Kota Malang.

Abah Odil keluar dari perusahaan tempatnya kerja  pada 2003 dan membangun bisnis kuliner bubur. Sejak memulai usaha, dia telah memikirkan brand yang pas.  Nama Abah Odil sendiri diambil dari nama anaknya,  Abdillah.  “Abah Odil itu adalah dari anak saya. Abdillah dipanggil Odil. Lalu, jadilah Abah Odil,” katanya.

Gerobak bubur pertama di kawasan Jl Candi Panggung. Di tengah perekonomian keluarga yang terpuruk saat itu, Abah Odil dan istrinya, Dewi, berjuang bersama meneruskan usaha. “Saya yang jualan, istri yang memasak,” kenang Abah Odil yang setiap pagi bersama istrinya mendorong gerobak ke pinggir jalan untuk berjualan.

 

Perlahan, dengan kiat usahanya yang pantang menyerah,  Abah Odil mendapatkan tempat di Jl Soekarno-Hatta, Kota Malang. Dari sinilah, usahanya berkembang hingga membuka outlet baru yang ketujuh di Jl Welirang No 2.

Abah Odil ingin mengubah stigma bubur bukan makanan orang sakit melainkan makanan yang bisa dimakan kapanpun. Dia menjelaskan, cita rasa buburnya tidak pernah berubah. Rahasianya, selalu menimbang komposisi atau resep bubur.

Abah Odil sangat menghindari ukuran yang takarannya tidak akurat. "Misal. gula satu sendok. Itu kan bisa berbeda jumlahnya,” papar Abah Odil, yang berjualan bubur dari harga Rp 2,500, dan kini rata-rata Rp 15.000.


Bahkan, sudah ada 50- an karyawan yang tersebar di tujuh outlet. Khusus outlet yang ketujuh, Abah Odil melakukan kemitraan dengan investor. Bahkan, rencana pembukaan outlet kedelapan di Kota Batu, akan melibatkan investor. Enam outlet sebelumnya, milik sendiri.

Nicko Putra, Quality Control Abah Odil menjelaskan,  kalau untuk menu, sama seperti di outlet Jl Soekarno Hatta. Dari bubur Paket I yaitu bubur dengan taburan ayam dan cakue. Lalu Paket II, ditambahi rempelo ati.

Paket III ditambahi telur ayam kampung setengah matang. Terakhir, Paket IV,  bubur sayur khusus orang diet karena komposisinya ada bayam, jagung dan jamur. Kata Nicko, bubur yang dipakai di Abah Odil berasal dari Tasikmalaya. Pembuatannya berbeda dengan yang lain.


Bubur ditanak dengan campuran kaldu ayam. Hal itu jarang dilakukan  penjual bubur lainnya. Tidak heran kalau ketahanan bubur Abah Odil tidak lama, maksimal hanya sehari. Selain itu, bubur Abah Odil tidak terdapat kuah. Tapi, perpaduan rasa akan semakin sempurna dengan tambahan sambal, kecap dan saus yang telah disediakan di meja makan. (bni46)
Auto Europe Car Rental