Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cara Mengetahui Apakah Kamu Compulsive Buying Behavior

MATERIALISM and compulsive buying behavior : Do you buy something to satisfy your needs or feed your ego? Ada tipe orang yang sekali belanja bisa habis sampai puluhan juta rupiah dan itu repetitive. Dalam istilah marketing itu disebut Compulsive Buying Behavior (CBB).

Ada yang suka khilaf kalau lagi shopping? Baik itu online maupun ketika main ke mal. Berapa rekor terbesar uang yang Anda keluarkan dalam sekali belanja? Sejuta, dua juta, atau lebih. Menurut pengertian yg diuraikan Granero, et al (2016), Compulsive Buying Behavior (CBB) secara sederhana dipahami sebagai perilaku doyan berbelanja berlebihan.

Bahkan seringkali sampai mengabaikan konsekuensi finansial yang akan dia hadapi. Lebih lanjut Granero, et al (2016) menjelaskan, kalau  umumnya orang membeli sesuatu itu karena BUTUH, namun case CBB ini berbeda. Orang membeli sesuatu buat sekadar naikin mood, ngilangin stres, cari validasi orang lain, atau untuk meningkatkan self-image/

"Mas, masak self rewarding gak boleh? Boleh. Namun kalo udah level ekstrim, jatohnya malah merugikan Anda sendiri. Setidaknya, menurut riset Maraz, et al (2015) ini, ada beberapa hal :
- 58,3% orang terjerat utang
- 41,7% tidak bisa bayar
- 33,3% dikritik oleh orang terdekat
- 8,3% urusan dengan hukum

Credit Donkey merilis survei tentang perilaku compulsive seseorang dalam berbelanja. Hampir sebagian besar bisa dilihat, 60% orang kadang membeli barang hanya karena mereka on sale. Lalu, 70% bahkan membeli barang yang sebelumnya tidak direncanakan atau malah aslinya tidak butuh.

CreditDonkey menjelaskan,  45% orang belanja itu ya kadang tujuannya untuk menaikan mood aja, kemudian 11% malah sering seperti itu. Jadi, belanjanya bukan karena memang dia lagi membutuhkan atau melihat value kegunaan produknya. Kadang ya buat memuaskan ego pribadinya saja.

Fakta lain dari riset @CreditDonkey :
- 47,4% orang merasa adrenalin naik kalau lagi shopping.
- 24,4% mengaku kalau barang yang mereka beli kadang masih di keranjang belanja atau price tagsnya belum dicabut
- 18,5% beradu bacot masalah duit
- 19,5% menggunakan kartu kredit karena tidak ada duit.

Era digital sekarang ini memudahkan segala aktivitas online seseorang. Tak terkecuali urusan shopping. Kalau merujuk dari riset yang dilansir dari @BrizFeel :  57% orang lebih suka melakukan shopping online dibandingkan jalan ke mal (31%). Apalagi, yang doyan rebahan saja di kamar.

Apa alasan orang cenderung memilih shopping online?  Kalau kata risetnya @BrizFeel sih seperti ini : 
- 32% karena online shop bisa diakses kapanpun di manapun
- 29% berpendapat karena banyak harga lebih murah
- 22% karena memang lebih nyaman dan praktis
- 17% tidak ribet dan hemat waktu.

Hampir 90% menilai harga tetap menjadi faktor utama decision making pembelian online. Disusul sekitar 55% karena faktor brand, 48% faktor delivery dan sistem retur, kemudian 45% karena shop review dan 42% karena kemudahan prosedur refund (@BrizFeel).

Dilansir dari artikel yang ditulis oleh http://addictions.com, ternyata cewek lebih mendominasi dalam aktivitas compulsive buying behavior (6%). Sedangkan cowok hanya 5,5%. Kemudahan online shopping semakin 'mendorong' mereka lebih khilaf lagi dalam berbelanja.


Kenapa cewek justru yang lebih sering khilaf dlm berbelanja?? Mengacu rujukan dari @Shenomics_Com : 79% mereka cuma ingin menghibur diri,  75% pengen menyenangkan orang lain, lalu 61% merasa dirinya jadi terlihat lebih baik, dan seterusnya.

Emang yang biasa dibeli apaan? @NewStraitsTimes  memaparkan, data yang mereka punya : setidaknya 20,8% doyan belanja produk health and beauty, lalu 17,5%  fashion stuff, 17,4% membeli alat elektronik, 12,9% untuk travelling, justru Food and beverages malah tidak begitu banyak. Hanya 1% saja.

Menurut riset dari @trendhunter, yang meneliti perilaku overspending di Amerika, 52% keluar duit lebih banyak dari yang mereka dapat sedangkan di antara 52% tadi, 21% orang setiap bulannya selalu keluar duit melebihi pendapatannya. Hanya 13% yang kemudian berhemat agar financenya balik stabil.

Khare (2014) dalam risetnya menjelaskan, CBB berkaitan dengan social status, materialism, dan segala produk yang mampu meninggkatkan self esteemnya. Mindset materialistic dianggap salah satu penyebab perilaku compulsive, karena dari situ kamu bisa show off tentang kebahagiaan, power, dan kesuksesan.


Materialism menganut paham bahwa kepemilikan atas sesuatu itu adalah segalanya. Bisa beli ini itu, bisa punya ini itu, dianggap mampu menaikkan social status dan self esteem seseorang (Khare, 2014). Inilah yang menjadi dasar argumen materialism, sehingga jadi salah satu sebab perilaku compulsive.

Argumen di atas msh relevan dgn riset lama yg dilakukan Richis & Dawson (1992). Materialist menganggap kepemilikan atas sesuatu itu sebagai center dari kehidupannya. Dia menganggap validasi dari orang lain adalah salah satu sumber kebahagiaan hidupnya.

Pencarian validasi dari orang lain ini mengingatkan saya sama artikel dari @DailyMailUK yang pernah saya  baca.  Ada cewek, terobsesi show off membeli segala barang branded, travelling mewah, dan lainnya, demi validasi orang agar dianggap jadi selebgram. Kejebak utang segunung deh.

Bagaiman cara pencegahan agar tidak lagi khilaf dalam berbelanja? Merujuk tulisan yg dibuat @HuffPost, mengungkap beberapa tips :
- Usahakan pakai cash saja
- Bikin shopping list dan batasi di situ
- Cukup punya satu kredit buat kebutuhan emergency saja.
- Bikin budget buat toleransi belanja.


Kesimpulan :
(1) Kodrat Manusia : sudah menjadi nature manusia, mereka tidak akan pernah puas. Selalu ingin lebih dan lebih. Kalau masih mampu beli sih tidak apa, tapi jadi berbahaya kalau mereka memaksakan diri di luar batas maksimal kemampuan finansialnya.

(2) Jangan Memaksakan Diri
: kamu yang paham batas kemampuan finansial kamu. Karena materialism menganggap kepemilikan adalah segalanya, jangan sampai kamu menghalalkan segala cara seperti berbuat kejahatan, misalnya. Apalagi utang teman tapi ngegas kalau ditagih. Ini sih juancuk pol.

(3) Percuma
: selalu pahami, kamu tidak bisa menyenangkan semua orang. Reaksi orang lain akan selalu beragam. Apapun yang kamu lakukan, tetap akan ada yang sinis atau tidak suka. Jadi jangan sampai menyiksa diri buang duit demi validasi yang belum tentu kamu dapatkan.

Terimakasih buat yang sudah berkenan mampir baca. Semoga kita bisa bersikap lebih bijak dalam mengatur pengeluaran bulanan. Ada jatah buat ditabung setiap bulannya. Kelak di hari tua tidak mengalami kesulitan finansial apapun.

Sumber : Widas🐊 (@WidasSatyo), 5 September 2019.
Auto Europe Car Rental