Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Glenmore Food Market Banyuwangi, Wisata Kuliner di Hutan Mahoni

SEBUAH kecamatan di Banyuwangi punya nama  unik. Jauh dari bahasa Jawa, bahkan terkesan kebarat-baratan. Ya, kecamatan itu bernama Glenmore, seperti nama kota di Iowa, Gilmore.

Bukan karena ingin terlihat keren, ada cerita di balik nama itu. Camat Glenmore Didik Suharsono mengisahkan asal-muasal nama kecamatan ini.  Glenmore memiliki arti khusus yang mencerminkan kondisi wilayah daerah itu.

"Glenmore berasal dari bahasa Scotlandia, 'glen' artinya bukit, 'more' itu banyak. Jadi Glenmore itu artinya daerah yang banyak bukitnya. Nama itu terkait dengan seorang Belanda yang memiliki kontribusi mengembangkan wilayah itu," katanya.

Ada orang Belanda yang pertama kali mengelola perkebunan bermarga More. Versi lain menyebut nama Glenmore berkaitan dengan laporan adanya sekelompok orang Skotlandia Katolik yang mencari suaka di Belanda, kemudian dikirim ke lokasi itu dan membangun permukiman sejak abad ke-18.

Sebagai informasi, perkebunan memang berkembang di wilayah Glenmore, terutama tebu. Hasil perkebunan terbesar dari Glenmore, tidak lain adalah gula. Sebelumnya di daerah ini pernah ada sebuah perkebunan tembakau yang dinamai "Glenmore" milik seorang Inggris bernama Ros Taylor sejak tahun 1910.

Nah, sekarang hadir Glenmore Food Market. Tepatnya di Perkebunan Kalikempit PTPN XII, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Pecinta kuliner dapat mencicipi aneka kuliner tradisional Banyuwangi di bawah rindang dan sejuknya pohon mahoni yang tertanam di atas luas lahan 8 hektare.

Ada aneka jajanan dan kuliner di antaranya: lontong campur, cimplung, es dawet wortel, dawet sawi hijau dan buah naga. Serta aneka jajan tradisional lainnya. Glenmore Food Market diresmikan oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan Direktur Utama PTPN XII M.Cholidi, pada 29 Desember 2019.

Lokasi food market ini tepat di tepi jalan nasional Banyuwangi Jember, sehingga sangat mudah dijangkau. "Kini berwisata di Banyuwangi tidak hanya untuk menikmati keindahan alamnya, namun juga bisa mencicipi ragam kuliner lokal buatan warga yang banyak tersebar di beberapa area, salah satunya di sini," ujar Anas, Selasa (31/12/2019).

Glenmore Food market buka setiap Minggu pagi. Menu beragam, salah satu yang bisa ditemui, lontong campur khas Glenmore. Lontong Campur ini cukup unik, karena memadukan dua kuah bumbu kacang dan kaldu santan yang gurih. Ditambah toping mi bihun, potongan daging sapi dan kerupuk, semakin lezat untuk dinikmati.

Setiap wilayah di Banyuwangi memiliki potensi kuliner yang unik. Pemkab pun mendorong masyarakat untuk bisa mengangkat potensi itu menjadi salah satu sumber pengungkit ekonomi lokal.

"Kami terus mendukung kolaborasi warga dan swasta yang membuka pasar kuliner seperti ini. Seperti di Glenmore Foodmarket ini yang merupakan hasil kolaborasi PTPN XII dan warga setempat,"  ujar Anas.

Direktur Utama PTPN XII M.Cholidi, mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan aset aset perusahaan bersama masyarakat setempat. PTPN sendiri memiliki banyak aset di Banyuwangi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai spot pariwisata menarik.

"Kami akan terus mendukung pengembangan pariwisata daerah. Terlebih konsep yang dijalankan oleh Banyuwangi selama ini tidak mengganggu keaslian alam yang ada. Ke depan akan ada beberapa program yang dikembangkan bersama," kata Cholidi.


Glenmore memiliki sejarah yang panjang, banyak wisatawan Eropa, khususnya Belanda datang kemari untuk berwisata sejarah. Kami ingin melengkapi kawasan ini dengan atraksi kuliner bagi wisatawan. Salah satunya dengan food market ini.

Dari beberapa catatan sejarah, orang Skotlandia pertama yang memiliki lahan untuk perkebunan di Banyuwangi adalah Ross Taylor pada awal 1909. Izin pembukaan lahan perkebunan ini ditandatangani Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch 24 Februari 1909 dan diumumkan di Javasche Courant pada 30 Maret 1909.

Javasche Courant adalah lembar penyebaran informasi tentang perundangan yang menjadi cikal bakal Berita Negara yang dipakai pertama kali tahun 1810 dengan nama Bataviasche Koloniale Courant. Lembar penyebaran ini kemudian berubah menjadi Javasche Courant tahun 1815.

Perkebunan seluas 163.800 hektare yang dibeli Ross Taylor itu dibuka secara resmi tahun 1910. Kepemilikan perkebunan ini sempat berpindah tangan ke penugsaha Liem Tek Hie setelah Perang Dunia II. Tapi, setelah pergolakan politik pertengahan tahun 1960-an, perkebunan ini jatuh ke tangan petani penggarap tahun 1969 hingga kepemilikannya beralih ke Margosuko Group tahun 1980 hingga saat ini.

Taylor diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan istilah Glenmore untuk perkebunan ini. Lambat laun nama Glenmore tidak hanya mencakup perkebunan, tapi juga digunakan untuk menyebutkan daerah-daerah di sekitarnya yang memiliki kontur perbukitan.

Istilah Glenmore yang digunakan Taylor berasal dari Bahasa Gaelic, bahasa asli Skotlandia yang dipakai Taylor. Dalam Bahasa Gaelic, Glenmore berarti ‘big glen’ yakni daerah berkontur perbukitan dengan hamparan yang sangat luas. Istilah Glenmore biasa digunakan orang Skotlandia untuk menyebut daerah berkontur perbukitan atau hal-hal yang berhubungan dengan lahan perbukitan.


Selain di Skotlandia, nama Glenmore juga ditemukan di negara lain seperti Amerika, Inggris, Australia, dan lain-lain. Di Inggris ada Glenmore Caravan and Camping Site. Di Wisconsin dan Virginia ada Glenmore Plaza & Hotel. Glenmore juga menjadi nama daerah di Rockhampton, Queensland, Australia. Glenmore sebagai nama kota juga ditemukan di distrik City of Kelowna, British Columbia di Kanada.

Meski identik dengan Skotlandia, Glenmore di Banyuwangi justru mewarisi banyak bangunan bersejarah dari Belanda karena daerah ini pernah menjadi salah satu pusat pemerintahan Belanda di Banyuwangi. Beberapa bangunan masih terawat baik, tapi sebagian lainnya tidak terawat dan hancur.

Beberapa bangunan yang terawat antara lain Stasiun Kereta Api, Pabrik Perkebunan, Rumah Kepala Stasiun, Rumah Tuan Porten (salah satu pejabat perkebunan Glenmore), Pipa Sarengan, Jembatan Kali Takir, Jembatan Kali Jagalan, dan lain-lain. Bangunan-bangunan itu rata-rata dibuat pada tahun 1910 hingga 1927. (*)
Auto Europe Car Rental