Muncar dan Kapal Warna Warni
Ketika Lebaran, saya iseng pergi ke Banyuwangi. Salah satunya, ke Muncar. Walau Lebaran, aktivitas nelayan seperti biasa, hanya tidak banyak jumlahnya.
Sejumlah perahu warna-warni parkir di bibir pantai. Tapi, saya melihat ada beberapa yang melaut. Mereka membawa penumpang manusia. Iya, benar, manusia.
Perahunya punya nama, baik itu yang tradisional maupun modern. Lalu, berbagai hiasan dan ornamen. Ayolah, ini mengingatkan saya dengan beberapa perahu di Pantai Papuma, Jember. Pelabuhan Muncar memiliki dermaga sepanjang 1 km yang membelah laut Selat Bali. Di sepanjang dermaga ini sejauh mata memandatang terdapat ratusan perahu nelayan berwarna-warni yang berjajar rapi.
Bak sebuah pelangi. Inilah pemandangan khas pelabuhan Muncar yang akan memesona siapapun yang melihatnya. Pelabuhan Muncar menjadi jujugan favorit warga sekitar untuk bersantai melepas penat sembari menikmati semilir angin laut dan menikmati suasana di sekitar pelabuhan.
Muncar terletak di sebelah selatan Kota Banyuwangi. Sayangnya, saya nggak datang pas bulan Suro. Pasti bisa melihat perayaan petik laut yang sudah ada sejak perkembangan Luhpang-pang menjadi pusat kegiatan penangkapan ikan.
Awalnya, upacara ini diadakan berdasarkan Prantamangsa, tetapi kini diselenggaran setiap bulan Suro. Petik Laut Muncar merupakan kegiatan sakral. Dalam prosesinya, miniatur perahu penuh sesaji, seperti kepala kambing, bermacam kue, buah-buahan, pancing emas, opium, dan dua ekor ayam hidup, dilarung ke laut.
Muncar memang wilayah pelabuhan. Sebagian masyarakatnya adalah nelayan dan orang-orang yang mata pencahariannya bergantung pada aktivitas pelabuhan dan hasil tangkapan dari laut. Beberapa desa di pesisir Muncar bahkan mayoritas warganya hidup sebagai nelayan.
Tidak heran di kalangan nelayan Muncar terdapat tradisi Petik Laut sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dari hasil laut yang melimpah.Produksi ikan di Banyuwangi pada tahun 2015 mencapai 85 ribu ton dengan beragam jenis ikan.
Keren ya, jadi kapan-kapan harus ke sana. Nunggu undangan Pak Bupati Azwar Anas dulu lah. Mosok dia lupa, waktu masih anggota Komisi V DPR, saya sering menyambangi kantornya di Senayan. Tapi, pasti lupa, wong saat itu, banyak sekali tamunya. (*)