Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inspirasi Bisnis Awal Ayam Bakar Madu ‘Paklik Irwan’

WARUNG lesehan ini berada di sebuah perkampungan khas Surabaya yang padat. Jalannya relatif sempit sehingga memang tepat disebut gang. Persisnya di Jl Ngagel Mulyo XVI No 101, tidak jauh dari Terminal Bratang.

“Dulunya ini gudang yang saya sewakan, karena banyak yang minta tempat buat makan, akhirnya saya rombak jadi warung,” tutur Irwantono yang didampingi istrinya, Hj Untari.

Tidak terlalu luas. Kurang lebih 5×20 meter, memanjang ke belakang. Bagian depat terpasang backdrop warna kuning dengan tulisan merah ‘Sedia Ayam Bakar Madu Paklik Irwan’. Setidaknya ada lima meja kecil di atas karpet plastik sebagai alas duduk.

Dua tahun terakhir, Ayam Bakar Madu Paklik Irwan lebih banyak dikenal dan dipesan melalui online. Operasional lapak yang sekarang ini baru dua minggu ini berjalan. Sudah ada lapak tapi layanan online tetap diterima.

Warung ini menyediakan menu universal seperti ayam bakar madu/goreng, bebek bakar madu/goreng, lele bakar/goreng, tempe penyet, tahu, terong, dadar dan ikan asin. “Tapi, favorit pelanggan tetap ayam bakar madu,” tukas Hj Untari.

Menu andalan itu merupakan racikan khas ibu berhijab ini. Satu porsi di atas cobek tanah berisi ayam bakar bersama lalapan seperti terong rebus, daun selada, daun ketela rambat, potongan mentimun, taburan bawang goreng.

Tentu saja, tidak lupa, sambal berwarna merah yang menggugah selera makan, dengan kucuran jeruk nipis. Satu porsi nasi putih tersaji dengan piring, secara terpisah.

Daging ayam yang kecokelatan dan sedikit hitam mudah sekali dicongkel dengan sendok. Begitu empuk di mulut, manis dan gurih. Satu sendokan berikutnya ayam bakar madu ini diolesi sambal, wouw, rasanya menjadi manis, pedas dan segar bercampur menjadi satu.

Racikan sambal Hj Untari juga menjadi salah satu daya tarik pelanggan. “Sebelumnya, saya nggak suka sambal. Baru di sini, saya ketagihan. Pedas, mantap,” kata seorang pembeli. Menurut Hj Untari, proses masak ayam bakar madu sangat sederhana.

Pertama kali direbus, lalu dibakar, diolesi madu dan kecap dan bumbu rahasia lain.Komposisi madu yang tepat dapat meresap ke dalam daging ayam sehingga tekstur daging lebih empuk dan bumbu lebih meresap.

Apalagi, ayam bakar madu punya aroma kuat dan khas. Ayam Bakar Madu Paklik Irwan buka setiap hari, pukul 17.00-24.00 WIB. “Kalau sudah habis, ya, tutup. Biasanya ramai setelah Maghrib, atau hari Sabtu,” tambah Irwan.

Cerita punya cerita, bisnis kuliner ayam bakar madu ini tidak datang tiba-tiba. Menurut Irwan, sebelumnya, pernah membuka warung bebek dan ayam goreng, tapi tidak bertahan lama. Hj Untari, sang istri, banting setir menjadi ‘pengojek’ khusus untuk anak sekolah (anak kecil perempuan dan cowok) di kawasan Dian Regency, Klampis, Surabaya.


Suatu ketika, pulang menjemput sekolah dan berhenti di sebuah traffic light, Hj Untari mendengar ‘sebuah suara’, entah dari mana datangnya. Suara itu mengatakan ‘ayam bakar’. Suara itu seolah menjawab kegundahan hatinya atas keinginan menambah pendapatan keluarga.

“Saya kaget saja, tapi, seperti tidak sadar, kok ya, saya akhirnya membeli ayam buat bikin ayam bakar,” papar Hj Untari.

Tiba di rumah, dia mengajak keponakannya ke pasar dan membeli 5 ekor ayam. Kenapa 5? Hj Untari tidak tahu juga. Yang jelas, dia kemudian mengolah daging ayam itu, dengan bumbu ‘sesuai dengan petunjuk’ di hatinya.

Semua mengalir begitu saja seperti adan ‘kekuatan lain’ yang mengendalikannya. Akhirnya, 5 ekor ayam itu berhasil diolah. Iseng saja mengunggah hasil masakannya ke media sosial. Eh, ada yang memesan. Si pemesan yang merasa cocok, meminta satu ekor lagi dan minta dikirimkan salah satu anggota keluarganya di kawasan Perak, Surabaya. Tiga ekor sisanya, ada lagi yang mengorder lewat media sosial.

Hari itu, masakan Hj Untari ludes.“Ini baru operasional sejak pertengahan April 2017. Sudah bersyukur kalau tiap hari ada yang makan di warung saya,” tandas Hj Untari. Semoga tetap laris ya Pak dan Bu. (*)
Auto Europe Car Rental