Bersaing dengan Para Turis Berburu Matahari Terbit di Bromo
Udara pagi di sana sangat dingin, tidak kalah dengan udara luar negeri pada saat musim salju. Kira-kira 45 menit, kami menyusuri lautan pasir dan lereng-lereng gunung. Kami akhirnya sampai ditempat pemberhentian hard top, lalu kami harus turun dan masih berjalan kira-kira 15 menit untuk menuju ke tempat biasanya turis-turis melihat matahari terbit.
Saya dan kakak saya berjalan dahulu untuk mencarikan tempat untuk kami sekeluarga serta untuk menyiapkan tripod. Saat itu kira-kira pukul 04.30 dan saya pikir masih banyak tempat duduk untuk melihat matahari terbit, namun ketika sampai sana, hampir seluruh tempat duduk telah penuh.
Saya sempat bingung karena takut tidak kebagian tempat untuk mendirikan tripod, namun saya dan kakak saya akhirnya menemukan ada tempat kosong di dekat pagar pembatas sebelah kanan. Karena gelap kami sedikit kesulitan untuk membuka tripod dan memasang kamera.
Beberapa saat setelah itu kami masih sibuk untuk mengatur mode foto karena disana benar-benar gelap. Sekitar 10 menit kami akhirnya menemukan mode yang cocok untuk mengambil foto pemandangan matahari terbit.
Kira-kira pukul lima kurang di bagian kiri terdengar orang-orang bersorak dan banyak suara kamera yang mengambil foto. Saya panik, jelas, saya ke sini salah satu tujuannya untuk hunting foto pemandangan matahari terbit, namun posisi saya saat itu tidak sangat strategis untuk mengambil gambar bahkan di tempat saya memasang tripod tak ada tanda-tanda matahari akan muncul dari sana.
Saya akhirnya pergi meninggalkan kakak saya lalu menuju ke bagian kiri. Semua orang sedang di bagian kiri, tentu, setelah mendengar sorakan beberapa orang itu semua orang langsung serentak berdiri dan melihat ke bagian kiri, hanya beberapa orang yang tinggal di tempatnya untuk menjaga kamera yang telah dipasangnya.
Saya berusaha menyelip di antara orang-orang. Di sana banyak sekali turis dari luar negeri yang badannya tinggi-tinggi, sedangkan saya tidak mungkin mengambil gambar, bisa-bisa yang saya ambil gambar punggung-punggung turis itu. Saya sedikit kecewa dan menyesal.
Saat itu tiba-tiba saya ingat kalau saya membawa tongsis, langsung saya keluarkan dari tas saya dan handphone saya langsung saya pasang disana. Ya paling tidak saya tidak mengambil foto punggung-punggung mereka, saya bisa mengambil foto pemandangan langit sebelum matahari terbit di gunung Bromo. Meski dari ratusan foto yang saya coba hanya belasan yang tidak goyang dan nge-blur.
Kira-kira pukul setengah enam, matahari akhirnya muncul disambung dengan sorakan orang-orang. Tak lama setelah itu orang-orang mulai bergeser untuk berfoto dengan jejeran gunung-gunung di bagian kanan, tempat saya mendirikan tripod sebelumnya.
Saya akhirnya dapat melihat matahari lebih dekat. Tak lama setelah itu kami turun dan melanjutkan perjalanan ke pasir berbisik dan bukit teletubies. (yoana listiyani)