Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kalau ke Purwakarta, Cicipilah Soto Sadang Berkuah Santan

WARGA setempat menyebutnya, di sinilah Soto Sadang yang asli. Lokasinya di dekat pintu gerbang tol Sadang, Rumah Makan Soto Sadang Asli, Jl Veteran (Jembatan Layang Sadang, Purwakarta), begitulah, menjadi opsi kulineran bagi siapa saja yang berkunjung ke kota Pensiun itu.

Eiittts, nanti dulu, julukan itu seperti sedang berubah. Ada yang menyebut, Purwakarta itu Kota Kuliner, karena punya area wisata kuliner, di antaranya di sekitar gedung kembar Jalan KK Singawinata. Lalu, telah berdiri “Kampoeng Maranggi” yang hanya memiliki penghuni 40 orang pedagang di depan pintu masuk Taman Air Mancur Sri Baduga.

Purwakarta juga mengklaim sebagai Kota 1000 Taman. Di sudut-sudut kota dibangun banyak taman berhiaskan air mancur, dengan beragam fitur yang sangat fungsional sehingga warganya tertarik menikmati taman-taman ini sepanjang hari. Dengan ciri khas ini, Purwakarta ingin diingat selalu oleh warga dan wisatawan sebagai destinasi 1000 taman.

Julukan lainnya, Kota Lampion, gara-garanya, Maret 2017, ada pemasangan lampion di hampir penjuru sudut kota. Lampion terpasang di pinggiran trotoar, bahkan menggantung di atas jalan protokol, mulai Jalan Raya Sadang-Cikopo, Jl Sudirman, Jl KK Singawinata, Jl LRE Martadinata, Jl Ipik Gandamanah, kawasan Stasiun Kereta Api Purwakarta Kota hingga Jl Basuki Rahmat.

Apapun julukannya, sebagai tukang jalan-jalan, yang mbambung ke sana ke mari, tidak lengkap rasanya sebelum mampir dan mencicipi Soto Sadang, yang terkenal punya dua pilihan kuah : bening dan santan, dengan rasa dan aroma khas makanan rumahan yang gurih dan tidak terlalu kuat, sehingga ketika berkenalan dengan lidah tidak meninggalkan rasa amis.

Padahal, kalau dari sisi fisiknya, penampilan olahan kuliner ini begitu sederhana. Soto Sadang tersaji dalam sebuah mangkuk dengan corak biru terang. Tak lupa, ada taburan bawang goreng, emping melinjo, tomat, seledri, daun bawang, serta menu pendamping seperti acar mentimun dan irisan jeruk purut.


Soal rasa, jangan tanyalah. Sangat rekomended. Cocok kalau pas cuaca dingin atau hujan-hujan. Tinggal memilih, mau Soto Sadang campur (ayam, daging, babat, kaki) atau daging saja dengan kuah santan. Harga termurah Rp 35.000 (foto harga valid per 6 Maret 2019).

Kalau tidak suka santan boleh mencoba Soto Sadang dengan kaldu bening plus suwiran daging ayam atau sapi. Seruput saja saat masih ngepul-ngepul asapnya dari mangkuk. Sangat menyegarkan.


Sambilan Keluarga Karta
Kawasan Sadang Purwakarta merupakan daerah industri sekaligus titik perlintasan dari dan ke daerah Jawa Barat lain. Setiap kali musim mudik Lebaran, kawasan ini selalu padat kendaraan. Nyaris tidak pernah sepi.

Kuliner soto khas ini buah karya keluarga Karta. Mereka ini membuka warung Soto Sadang Asli pada tahun 1970. Warungnya kecil saja karena tujuan awalnya sekadar menambah penghasilan. Karta punya 14 anak dan gajinya sebagai karyawan kereta api, tidak mencukupi menutup pengeluaran.


Semula Ibu Karta meracik soto mi, berkuah santan, tapi tidak seperti soto kuning Bogor, tempat kelahiran perempuan itu. Rupanya, banyak yang suka sehingga warung kecil itu lama kelamaan tidak cukup menampung pembeli. Kini, warung ini sudah semakin luas, menempati area yang lebih luas, tapi tetap tidak jauh dari kawasan rel kereta api.

Menunya semakin beragam. Tidak hanya soto saja. Ada kerupuk kanji dalam satu kantong plastik berisi lima keping kerupuk, ayam goreng, tahu dan tempe goreng saja. Oh ya, ada beberapa Warung Soto Sadang, yang kesemuanya berasal dari resep yang. Masing-masing dikembangkan oleh anak-anak Karta. (*)
Auto Europe Car Rental