Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ramuan Kreco dengan Bumbu Sate dan Empon-empon yang Menggiurkan

KEDIRI bukan hanya tahu, bukan hanya pecel. Ada kuliner lain yang menggiurkan seperti sate bekicot, sate kreco atau kol. Yang terakhir itu berasal dari hewan kreco ini yang banyak ditemukan di areal persawahan.

Kuliner kreco, termasuk dalam kegemaran anak-anak generasi milenial. Konon, puna kandungan gizi yang baik. Kreco atau orang awam mengenalnya sebagai keong sawah (Pila ampullacea), sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, serta danau.

Hewan bercangkang itu dikenal pula sebagai keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut. Orang Surabaya dan Jawa Timur menyebutnya kreco. Banyak warga di provinsi ini menggunakan sebagai bahan masakan tradisional.

"Sebagian besar pelanggan saya anak-anak muda dan pelajar. Ada pula ibu-ibu dan orang dewasa. Katanya, daging kreco itu lunak," tutur Ny Sriana (45), penjual kreco dari Kediri yang biasa mangkal di dekat areal sekolahan.

Sriana mengemas kuliner kreco dan menyajikannya dengan parutan kelapa serta empon-empon. Khusus untuk sate kreco, bumbunya menggunakan kacang dan kecap seperti bumbu sate kambing. Sejumlah pemasok datang ke rumah Sriana, jadi dia tidak perlu membelinya ke tempat lain.

Cukup mengontak, kreco yang dibutuhkan segera dikirim. Biasanya, Sriana kulakan kreco Rp 10.000 per kg. Penjualnya dari daerah Pagu, Kabupaten Kediri. Omzetnya? Jangan tanya.

Dalam sehari, Sriana meraup penghasilan Rp 200.000 hingga  Rp 250.000. Lama jualannya sekitar 4 sampai 5 jam saja. "Ya, sangat lumayanlah Mas," tutur Sriana. Meski disukai warga Kediri, penggemar kuliner kreco datang dari luar kota.

Ada pelanggan Sriana dari Malang dan Jombang. Mereka itu selalu mampir setiap kali berkunjung ke Pare. Salah satu pecinta kuliner kreco, Ahmad Rozaq, ketika itu terlihat bersama sejumlah rekannya dengan lahap  menyantap sajian sate kreco dan bumbu srawul parutan kelapa yang dimasak dengan empon-empon.

Kebetulan, anak muda 18 tahun itu menikmati sate dari bahan kreco di salah satu yang mangkal di seputaran Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Ahmad menikmati kreco tanpa menu pendamping.

Satu porsi  berisi 6 tusuk sate kreco seharga Rp 5.000 sedangkan kreco utuh yang dibumbu empon-empon dan parutan kelapa, harga seporsi juga sama. Ada sejumlah penjual sate kreco yang berjajar dengan obrok sepeda onthel di SLG.

Penjual lainnya ada yang memilih berkeliling mengendarai sepeda motor. Biasanya, penjual kreco ini banyak mangkal di depan  Gudang Bulog Paron barat area Monumen SLG. Sedangkan di Pare juga ada sejumlah titik penjual kreco.


Salah satunya di barat Perempatan depan SMPN Pare. Penjual kreco dapat dengan mudah dikenali karena di obroknya tertulis Sate Kreco. Bagi warga Kediri, masakan kreco sudah tidak asing lagi dan telah menjadi kuliner populer.

Terlebih masakan ini juga banyak digemari anak-anak muda generasi melenial. "Kalau sate kreco, rasanya hampir sama dengan sate bekicot. Tapi, tekstur dagingnya lebih kenyal, karena kreco karena banyak hidup di persawahan," ungkap Ahmad.

Dia menggemari kuliner kreco saat masih sekolah di bangku SMP.  Mulanya diajak teman-teman membeli dan ternyata, dari segi rasa tidak mengecewakan. "Cukup enak saya jadi sering beli. Harganya juga ramah di kantong," tambahnya. (mas dik)