Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kisah 3 Sahabat dalam Tragedi Pendakian Gunung Slamet Tahun 1985 (3-Habis)


ALEX kembali menyusuri aliran sungai sebagaimana rencana awal yang pernah disampaikan kepada Gagah. Setidaknya, akan ada kemungkinan mereka bertemu di jalur itu. Selama perjalanan ini, Alex mempergunakan dengan baik ilmu survival yang dimiliki.

Dia makan buah dan dedaunan hutan untuk bertahan hidup. Alex sebenarnya mengkhawatirkan Gagah. Sejak bahan makanan habis, Gagah menolak  makan makanan darurat berupa buah dan dedaunan yang ditemukan Alex di hutan.

Alex khawatir, Gagah yang kekurangan makanan dan energi, ditambah lagi tubuhnya tidak bisa menerima makanan asing akan membuatnya tidak dapat bertahan lama. Saat masih menyusuri sungai ini, tiba-tiba Alex mendengar suara teriakan seseorang..

“Toloooongg.. Saya Gagah Pribadiiii, mahasiswa IKIP Semaraaangg. Saya mendaki tiga oraaangg, yang satu jatuuuhh, tolooonggg.” Alex sangat mengenali suara itu. Suara Gagah Pribadi.

Alex menjawab teriakan itu “Gagah! Terus teriak biar saya bisa ke tempatmu!”
“Siapa itu? Itu Kamu Lex?” jawab Gagah.
“Iyaa ini saya. Kamu teriak terus Gah! Aku samperin kamu ke sana!”

“Alex.. kenapa kamu turun?? Iqbal bagaimana? Kamu tinggalkan Iqbal di atas sendirian??”
“Udah nanti dulu! Sekarang kamu ngomong terus aja biar saya yg kesana!”

Gagah terus berteriak di tengah guyuran hujan yang turun di Gunung Slamet saat itu. Hingga akhirnya Alex berhasil menemukan posisi Gagah. Saat saling bertemu, posisi mereka berada di ketinggian yang berbeda.

Gagah berada di atas jurang, sedangkan Alex berada di bawahnya. Karena memang tujuan sejak awal adalah turun dari gunung dan kondisi jurang yang licin akibat hujan, Alex meminta gagah meluncur turun dari atas dengan berpegangan pada pepohonan yang merambat di sisi jurang.

“Ayo Gah turun, kita lanjut ke bawah cari jalan, hari keburu malam,” perintah Alex kepada Gagah dari bawah.

Gagah saat itu sudah terlihat berdiri di tepian jurang dan melihat juga kearah Alex. Namun bukan melakukan apa yang diperintah oleh Alex, Gagah kembali menanyakan pertanyaan yg sejak awal tadi ia tanyakan.

“Alex.. kenapa kamu ada di bawah? Iqbal mana? Kamu tinggalkan dia di atas sendirian? Alex masih enggan menjawab dan terus meminta Gagah untuk turun dahulu. Namun Gagah terus menanyakan hal yg sama berulang2 hingga akhirnya Alex jujur. “Iqbal udah mati Gah.”

Gagah seketika terduduk lemas di atas jurang. Pandangannya kosong menatap Alex dibawah. Harapannya seketika putus dan semangatnya untuk hidup sepertinya telah redup.

Malam datang. Gagah menolak untuk turun dan memilih bertahan di atas. Sepanjang malam hingga pukul 3 dini hari, dia terus meraung dan berteriak. Depresi, putus asa, takut, lapar dan kehilangan seorang sahabat membuat pikirannya tak lagi jernih..

Gagah terus berteriak hingga suaranya serak. Teriakan Gagah mulai membuat Alex di bawah emosi. Dengan lantang, Alex mengancam Gagah dengan tujuan agar Gagah diam dan dapat menyimpan energinya untuk melanjutkan perjalanan esok hari.

Karena mereka berdua sudah benar-benar dalam kondisi payah dan kelaparan, terlebih Gagah yang entah sudah sejak kapan terakhir kali makan. “Gagah! Kamu pilih diam atau saya tinggal kamu di atas sendirian,” ancam Alex.

Setelah diteriaki seperti itu, Gagah akhirnya diam. Alex mengira Gagah akhirnya tertidur karena kelelahan dan memang Gagah membutuhkan tidur yang cukup agar dapat melanjutkan perjalanan. Alex akhirnya tidur di lokasinya saat itu.

Saat matahari terbit, Alex kembali mengajak Gagah untuk turun dan melanjutkan perjalanan. “Gagah! Ayo turun! Kita lanjut cari jalan sama sama,” panggil Alex
Namun hening, tidak ada suara jawaban dari Gagah.

Alex mencoba memanggil Gagah berkali kali namun tidak ada jawaban. Akhirnya dengan sisa tenaga yang dimiliki, Alex memanjat tebing untuk naik ke posisi di mana Gagah berada. Namun setibanya di atas, Gagah sudah tidak ada di tempat.

Alex terus menyusuri hulu sungai dan kehilangan jejak Gagah. Alex menduga, Gagah diam-diam turun saat dia tidur dan melanjutkan perjalanan sendirian ke bawah karena emosi dibentak.

Selain itu Alex mendapati pepohonan dan jurang di arah hulu sungai tidak ada tanda bekas dilalui orang. Percaya Gagah telah lebih dahulu meneruskan perjalanan ke bawah, Alex melakukan hal yang sama.

Alex melanjutkan perjalanan dan melalui banyak kejadian di luar nalar namun Alex menolak menjelaskan hal ini lebih dalam. Singkat cerita, Alex melanjutkan perjalanan hingga bertemu Desa Limpak Tepus.

Orang pertama yang Alex temui adalah seorang ibu yang sedang berkebun. Alex segera menanyakan posisi rumah kepala dusun disana guna meminta bantuan evakuasi terhadap jasad Iqbal dan mencari keberadaan Gagah.

Sebelum menemui kepala dusun, yang harus dicari Alex pertama kali adalah makanan. Dia  menanyakan posisi warung kepada ibu tadi, setelah ditunjukkan, dia makan mi dengan tempe serta sayuran sayuran demi menambah sedikit tenaganya.

Setelah makan, masih dengan berjalan kaki dan penampilan tidak karuan, Alex pergi menuju rumah kepala dusun dan melaporkan apa yang terjadi. Alex melaporkan keberadaan jenazah sahabatnya di bawah jurang dan kemungkinan Gagah yang masih mencari jalan keluar dari gunung.

Mmalam itu bukan bantuan yang Alex dapat namun adalah amarah dari sang kepala dusun. Tapi karena lelah, Alex hanya menerima itu dan izin untuk tidur. Setidaknya, dia  telah mengabarkan 1 korban jiwa dan 1 survivor sedang berada di Gunung Slamet saat itu.

Keesokan paginya Alex ditandu ke kantor kelurahan oleh warga. Ternyata, kepala dusun yang memarahinya tidak mengetahui bahwa sedang ada pencarian 3 orang pendaki yang telah hilang selama 14 hari, yang salah satu diantaranya adalah Alex.

Alex kemudian mendapat pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di Purbalingga. Feses Alex sempat diteliti untuk memeriksa apakah Alex bertahan hidup dengan cara memakan kedua temannya atau tidak.

Sangat sulit seseorang bisa bertahan 14 hari tanpa makanan memadai. Setelah terkonfirmasi “bersih” dan tidak ada indikasi perbuatan kanibalisme, Alex selaku survivor membantu pencarian Gagah dan evakuasi jasad Iqbal Latief sambil mendapat perawatan di rumah sakit.

Alex mencoba menceritakan pengalaman yang ia lalui bersama kedua sahabatnya itu mulai dari mereka sampai ke puncak dan segala pengalaman lainnya yang dialami. Sayang, banyak yang hadir saat itu tidak percaya sepenuhnya dengan cerita Alex yang bagi mereka mustahil terjadi.

Berkat arahan dari Alex, team SAR berhasil mencapai lokasi dimana jasad Iqbal terakhir berada. Di sana tim menemukan benda-benda yang sengaja ditinggalkan Alex sebelumnya berupa tas, pakaian dan kamera yang berisi foto ketiga sahabat itu saat di puncak Gunung Slamet 14 hari yang lalu.

Yang membuat Alex shock adalah laporan dari tim yang mengatakan mereka menemukan pakaian Iqbal Latief, mulai dari baju, celana, hingga pakaian dalamnya di lokasi tapi tidak dengan jasad Iqbal Latief.

“Sesuatu” telah menelanjangi Iqbal dan membawa jasadnya pergi. Selain itu masih di lokasi yang sama, Alex menerima laporan, tim kepolisian dan tim rescue menemukan sebuah ransel merah yang tidak lain adalah ransel yang dibawa Gagah saat menerobos hutan sendirian.

Itu artinya, Gagah tidak pernah melanjutkan turun ke bawah aliran sungai malam itu sebagaimana yang diperkirakan Alex, melainkan Gagah memilih kembali ke atas dan menemani jasad Iqbal seperti yang diinginkan.

Ditemukannya pakaian dalam Iqbal Latief dan hilangnya jasad beliau membuat dokter berkesimpulan tentang kronologi logis apa yang terjadi pada Iqbal. Dokter berpendapat, saat ditinggalkan oleh Alex, Iqbal Latief mengalami mati suri.

Setelah sadar dari mati surinya, Iqbal mengalami hipotermia dan akhirnya mengalami undressing hipotermia, atau kondisi di mana hipotermia sudah parah sehingga penderitanya berhalusinasi dan justru merasa kepanasan membuka seluruh bajunya padahal suhu di sekitarnya sangat dingin.

Lalu, masih menurut dugaan dokter  dan tim, setelah bertelanjang bulat karena hipotermia, Iqbal kemungkinan diterkam binatang buas sehingga tidak ditemukan lagi jasadnya.

Alex membantah kemungkinan mati suri yang dialami Iqbal Latief. Dia  yakin sebelum ditinggalkan, dia memeriksa jasad sahabatnya itu dan memang sudah tidak ada satupun tanda kehidupan yang tersisa.

Bahkan tubuh Iqbal saat itu sudah membiru dan pupil matanya mengecil. Namun saat itu Alex memilih untuk mengiyakan kemungkinan yang terjadi dari rilis kepolisian dan tim dokter, walaupun dalam hati kecil menolak berita yang disebarkan. Dia yakin dengan fakta bahwa Iqbal Latief sudah tiada sebelum ditinggalkan.

Tapi, ada fakta lain yang sangat mencengangkan diceritakan oleh Alex sendiri hampir 30 tahun lamanya setelah kejadian itu terjadi. Fakta yang selama ini diminta untuk dirahasiakan dan jangan dibocorkan ke publik oleh kepolisian.

Alex merasa orang orang harus tahu apa yang sudah terjadi pada proses pencarian Iqbal dan gagah saat itu dan menyebabkan pencarian ini dihentikan. Alex baru berani menceritakan ini melalui laman FBnya pada 2015.

Pada suatu hari saat pencarian, Alex yang berada di pos bersama komandan pasukan rescue mendapatkan kabar dari tim yang sedang menyisir hutan mencari keberadaan Iqbal dan Gagah.

Tim yang saat itu sedang berada di tengah hutan, mengirim laporan bahwa mereka bertemu dengan sesosok makhluk bertinggi badan 2 meter dengan rambut hitam yang memenuhi sekujur tubuhnya.

Makhluk ini melayang dengan menggendong mayat manusia telanjang yang sudah mengeluarkan bau. Jasad yang diyakini oleh Alex adalah Iqbal.

Komandan yang berada disisi Alex saat itu langsung memerintahkan makhluk itu untuk ditembak. Suara letusan terdengar bahkan sampai ke pos tempat Alex saat itu berada, lalu tak lama panggilan masuk kembali dari tim.

Saat itu, seorang utusan dari petugas menemui Alex dan memintanya merahasiakan apa yang dia dengar tentang temuan makhluk itu. Kepolisian saat itu khawatir jika cerita ini tersebar, akan memancing ketakutan dan kehebohan masyarakat kala itu.

Sejak saat itu, sosok Iqbal dan Gagah menjadi banyak pembicaraan oleh para pendaki Gunung Slamet. Alex sering kali mendapat laporan dari para pendaki lain yang mengatakan, bertemu pendaki misterius dengan ciri yang sama persis dengan Iqbal dan Gagah.

Sosok menyerupai Iqbal itu muncul dengan ciri khas kacamata tebal yang pecah sebelah dan menunjukkan arah bagi para pendaki yang tersesat.  Bahkan sosok ini muncul secara tiba-tiba dari kabut dan biasanya mengatakan “kamu terlalu ke kanan, lewat sini, saya juga lewat sini dulu..”

Lalu setelah menunjukan jalan, sosok ini menghilang sedangkan sosok Gagah yang kerap dilihat pendaki memiliki ciri khas ransel merah sebagaimana terakhir digunakan.

Saat mendengar kabar kemunculan sosok Iqbal dan Gagah ini, jelas membuat Alex merasa sedih. Meski begitu Alex yakin keduanya adalah jin yang menyerupai kedua sahabatnya itu. Ia yakin Iqbal yang asli telah meninggal, dan dibawa oleh sosok besar itu.

Alex sudah memenuhi permintaan Iqbal untuk menguburkan sepatu outdoor miliknya di Gunung Sumbing, gunung favorit Iqbal sementara Gagah hingga saat ini jejak dan jasadnya tidak pernah ditemukan. Keduanya bersemayam abadi di Gunung Slamet.

Mengutip salah satu perkataan Alex mengenai semangatnya untuk bertahan hidup dan tidak putus asa saat mengetahui Iqbal meninggal, benar-benar membuat siapapun yang mendengarkannya, tahu bagaimana keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat..

“Harus ada yang menceritakan pengalaman Iqbal. Di mata saya, Iqbal Latief adalah orang yang sungguh luar biasa. Seseorang yang tanpa pikir panjang melihat temannya jatuh, ia ikut melompat walau kacamatanya pecah dan matanya tertusuk.

Seseorang berjiwa sosial tinggi, ketika ia kesulitan uang, tapi ada temannya yang butuh uang, dia akan kasih uangnya. Kalau seandainya saya dengan bodohnya ikut mati di situ, siapa yang akan mengenang dan menceritakan kisah bagaimana gagahnya seorang Iqbal menyongsong kematiannya.

Selamat Jalan, Iqbal Latief dan Gagah Pribadi. Semoga amal ibadah keduanya diterima disisi-Nya dan ditempatkan di tempat terbaik.

Foto Iqbal Latief tidak bisa kami tampilkan karena tidak diperkenankan pihak keluraga almarhum.  Terima kasih kepada mas @/garudhamahameru selaku anak dari pak alex poerwo atas izinnya kepada mwv untuk menuliskan pengalaman luar biasa ini.

Bagi mwvers yang ingin mendengarkan penuturan Pak Alex langsung, bisa search channel Youtube Garudha Mahameru, ada 3 part video berisi kesaksian Pak Alex. Bagi yang ingin berdonasi support kreator via Saweria, mwvers bisa klik highlight "Support Saweria".

Terima kasih atas donasi dan supportnya. Sampai bertemu lagi di cerita lainnya. Salam lestari.

Sumber: mwv.mystic (@mwv_mystic), 21 Agustus 2021.

Auto Europe Car Rental