Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kisah 3 Sahabat dalam Tragedi Pendakian Gunung Slamet Tahun 1985 (2)


KETIKA Alex, selaku pemimpin jalan mengarahkan lampu senter ke depan, cahaya senter itu seperti bertemu dinding putih. Senter yang dibawa tidak bisa menembus kabut tebal  lebih dari 2 meter. Akibatnya, ketiganya kehilangan orientasi jalur pendakian. Mereka suli menemukan susunan batu berwarna putih di kawasan batas vegetasi.

Meraba-raba dalam kabut, ketiganya mencoba percaya dengan insting mereka. Kondisi batuan yang sudah terkena embun dari kabut membuat Iqbal saat itu tergelincir di jalur yang cukup curam. Iqbal sempat menahan tubuhnya dengan tangan agar tidak terperosok.

Cara itu berhasil menghentikan tubuhnya dari tergelincir lebih jauh. Tapi, telapak tangannya sobek dari ujung jari hingga pergelangan tangan, dengan luka sayatan yang menganga. Akibat suhu yang membeku, tidak ada darah yang mengalir dari luka di tangan Iqbal.

Darah itu membeku dan hanya memperlihatkan daging putih di telapak tangannya. Perjalanan diteruskan hingga akhirnya bertemu batas vegetasi namun yang mereka temukan bukanlah pintu Plawangan, melainkan hutan rimba biasa yang masih perawan.

Alex dan Iqbal kembali berdebat mengenai jalur mana yang akan ditempuh. Alex berpendapat, mereka berjalan terlalu ke kanan, sementara Iqbal berpendapat mereka terlalu ke kiri sehingga tidak menemukan pintu Plawangan.

Kabut benar-benar menghilangkan orientasi mereka. Akhirnya diputuskan untuk memecah rombongan menjadi dua. Masing masing berjalan ke sisi kanan dan kiri selama 15 menit. Lalu kembali ke titik kumpul lagi 15 menit kemudian.

Hasilnya nihil. Jalur di sebelah kanan dan kiri sama sama berakhir pada sebuah jurang dan mereka tidak menemukan jalur Plawangan. Tidak menemukan pilihan yang lebih aman, Alex memutuskan membelah hutan belantara yang masih perawan itu.

Mereka tidak membawa pisau, tali, bahkan korek api. Hanya korek api batang yang sudah basah terkena hujan. Ketiganya masuk hutan itu. Alex dan Iqbal bergantian sebagai penentu arah.

Iqbal yang memiliki basis pramuka bisa dimanfaatkan dalam mengidentifikasi jejak hewan buas yang saat itu masih sangat banyak di Gunung Slamet.  Di hari pertama sejak menyusuri hutan, Alex mengalami insiden yang cukup berbahaya.

Dia terperosok pada sebuah lubang terjal dan untuk beberapa saat tidak sadarkan diri. Iqbal yang melihat hal itu lantas berteriak dan memanggil nama Alex berkali-kali lalu refleks ikut melompat menyelamatkan sahabatnya itu.

Ketika melompat ini, tanpa sengaja kacamata yang dipakai Iqbal membentur kepala belakang Alex hingga pecah ke arah dalam hingga pecahannya menusuk mata kanan Iqbal.

Ketika sadar dan melihat mata Iqbal berdarah akibat pecahan kacamatanya sendiri, Alex cukup menyesal sekaligus terharu atas apa yang dilakukan sahabatnya itu untuknya. Dia kemudian mencabuti satu demi satu pecahan kaca di kelopak mata sahabatnya itu.

Iqbal memiliki gangguan pengelihatan yang cukup parah sehingga mengharuskannya menggunakan kacamata tebal. Kini tanpa kacamata, jelas semakin mempersulit pengelihatannya dan orientasinya dalam berjalan.

Gagah yang masih berada di atas lubang lantas mencari akar jalar dan dibentuk menjadi tali untuk menarik kedua sahabatnya itu dari dalam lubang. Setelah percobaan berkali kali, akhirnya keduanya dapat keluar dengan selamat dan melanjutkan perjalanan.

Di hari kedua sejak masuk hutan, ketiganya terus berjalan menembus rimbunnya pohon dan semak belukar. Korek api yang sebelumnya basah sudah kering dan dapat digunakan. Alex  membakar rokok yang dibawa dan mengisapnya sepanjang perjalanan.

Setelah seharian berjalan dan masih belum menemukan titik terang, Alex menemukan suatu keganjilan. Di tengah jalan, dia menemukan puntung rokok miliknya yang sudah dibuang.

Ini adalah hutan perawan yang belum disentuh oleh orang dan tidak mungkin ada sampah rokok di tengah hutan ini selain dari yang dibuang sebelumnya. Ketiganya sadar, perjalanan yang mereka lakukan sejak pagi hingga petang hanya berputar-putar di satu area saja.

Alex kemudian menghentikan perjalanan. Dia adalah orang yang percaya jin dapat memainkan pikiran manusia yang sedang gundah dan tidak fit. Salah satunya dengan membuat orang itu bingung dan hilang arah.

Alex memerintahkan kedua temannya beristirahat dan tidur. Menyudahi perjalanan mereka di hari kedua itu. Ketiganya membuat bivak sederhana dan tidur beralaskan jaket dan jas hujan.

Malam harinya, Alex yang sedang buang air kecil melihat cahaya dari rumah penduduk yang masih sangat jauh dari ketinggian. Saat itu malam memang cerah dan bulan bersinar cukup terang sehingga Alex bisa melihat kontur Gunung slamet dan perkiraan jalur yg dapat mereka lalui untuk sampai ke perkampungan penduduk terdekat.

Saat itulah, Alex mendapatkan sebuah ide, menyusuri sungai sebagai jalur mereka. Menurut Alex, mustahil sungai bisa berbalik ke atas. Ketika mengikuti hutan masih ada kemungkinan salah jalur dan kembali menanjak ke atas, tapi dengan mengikuti sungai mereka akan terus bergerak ke bawah.

Sebuah logika masuk akal dari alex ini sayangnya dieksekusi dengan cara yang salah. Paginya di hari ketiga sejak mereka masuk ke hutan, Alex menyampaikan pendapatnya ke kedua sahabatnya

“Daripada kita masuk hutan dan putar putar lagi, kita susuri sungai. Sungai bakal bawa kita ke bawah,” kata Alex yang kemudian disetujui oleh Gagah dan Iqbal.

Sungai yang berada di Gunung Slamet hanya memiliki sedikit debit air saat tidak hujan. Ketiganya menyusuri tepat di tengah sungai itu, yang belakangan diketahui bernama Sungai Lemberang.

Hingga di suatu lokasi, ada genangan dengan batu yang berwarna kehijauan tanda berlumut. Di depannya, sebuah jurang yang cukup tinggi. Alex yang menyadari pijakan di depan tidak aman, lantas meminta Iqbal dan Gagah berhenti dahulu.

Iqbal yang penasaran dengan batu berlumut yang dikatakan Alex lantas melangkah ke depan untuk berdiri di samping Alex. Sayang, karena penglihatannya sudah sulit, dia tidak sadar batu yang dipijak licin dan membuatnya tergelincir.

Iqbal terguling ke arah jurang. Alex dan Gagah berteriak memanggil namanya. Iqbal sepertnya sudah tidak sadar akibat benturan saat jatuh pertama. Lokasi jatuhnya Iqbal berada sekitat 100 meter di atas Curug Minger, dengan ketinggian jurang 10 meter.

Alex dan Gagah lalu mencari jalan turun dengan perasaan campur aduk akan keselamatan sahabat mereka. Mereka mendapati tubuh Iqbal terbaring di dasar jurang. Beruntung, saat didekati Iqbal masih hidup tapi tak sadarkan diri.

Setelah beberapa waktu berlalu dan dengan usaha dari Alex dan Gagah, Iqbal akhirnya sadar. Ketika melihat Iqbal sadar, Alex lantas bertanya,“Apa yang sakit di badanmu Bal?”

Iqbal lalu mencoba menggerakan tangannya, tubuh bagian atas, dan mencoba menggerakan kaki. Ketiganya sakit, kaku dan sangat sulit digerakkan. Kata Iqbal, yang paling sakit dirasakan adalah bagian punggung.

Sedikit saja gerakan di tubuhnya akan membuat punggungnya sakit dan di sana Iqbal sadar dia sudah tidak bisa lagi berdiri dan hanya bisa terbaring. Alex sadar temannya ini tidak mungkin lagi melanjutkan perjalanan.

Butuh bantuan sesegera mungkin. Alex kemudian mengajak Gagah berdiskusi. "Gah, harus ada satu yang tinggal menunggui teman kita, dan ada 1 lagi yang terus merintis jalan dan lapor ke kepala desa kalau terjadi kecelakaan,” ucap Alex.

Keduanya berdebat siapa yang akan turun dan siapa yang akan menemani Iqbal. Gagah tidak yakin dirinya mampu membelah hutan belantara seorang diri mengingat pengalaman pendakiannya yang masih minim.

Dia juga tidak memahami ilmu ilmu survivor. Namun di sisi lain, dia tidak sanggup jika harus ditinggal berdua dengan Iqbal. Gagah khawatir akan binatang buas yang bisa kapan saja datang, terlebih selama perjalanan ada anjing hutan yang terus mengikuti mereka sejak hari kedua perjalanan.

Gagah yang tertekan dan pasrah melihat kondisi mereka sekarang, lalu bertanya kepada Alex. “Lex, kenapa kita tidak mati bersama saja. Kita temani Iqbal sampai kita bertiga mati di sini.”

Setelah berdiskusi cukup panjang, Gagah akhirnya memilih, dirinyalah yang akan turun membuka jalan dan menemukan pemukiman warga. Alex menemani Iqbal hingga bantuan datang.

Namun sebelum berangkat, Gagah mengucapkan suatu syarat “kalau nanti saya bertemu jurang, hewan buas dan saya tidak berhasil menemukan jalan ke bawah, saya akan kembali ke sini lagi dan kita bertiga akan mati bersama ya Alex.”

Karena tidak ada acara lain untuk membuat Gagah mau turun, walau tidak setuju dengan statement mati bersama yang disebutkan Gagah, Alex dengan terpaksa mengiyakan dulu. Gagah mulai berjalan sendirian menyusuri sungai dengan ransel merah sesuai rencana awal.

Alex berada di sisi Iqbal menemaninya. Iqbal dan Alex, keduanya memang sahabat dekat yang sudah bagaikan keluarga. Selama menunggu bantuan, Alex dan Iqbal terlibat banyak percakapan dari hati ke hati.

Salah satu obrolan mereka adalah mengenai gunung tertinggi impian seorang pendaki. Bagi seorang pendaki, gunung impian dan tertinggi yang ingin mereka daki biasanya menjadi gunung terakhir atau bahkan lokasi sang pendaki itu meninggal.

Saat itu, Iqbal di tengah rasa sakit yg ia tahan berkata “gunung tertinggi yang mau saya daki, Gunung Slamet Lex, setelah Slamet saya cukup, gak mau mendaki lagi.”

“Loh kamu gamau ngedaki Merbabu, Bal?” tanya Alex.
“Engga, saya cukup Gunung Slamet saja,” jawab Iqbal masih dengan terbaring.

Alex menjawabnya dengan berseloroh “kalau Gunung tertinggi yang mau saya daki, itu puncak Carstensz, tapi saya ga akan pergi ke sana karena saya gak mau meninggal di sana.”

Selain itu, Iqbal berpesan, kalau nanti ternyata dia meninggal, ia mau sepatunya dikubur di Gunung Sumbing, gunung terfavorit bagi Iqbal yang pernah didaki.

Ketika sedang menjaga Iqbal dengan kondisi yang sudah sama-sama tak berdaya, tiba tiba saja dari arah hutan datang seekor harimau. Iqbal yang saat itu masih menahan sakit luar biasa di punggungnya meminta untuk diberdirikan dengan cara dipapah Alex.

Tujuannya, agar harimau itu tidak menerkam keduanya.  Usaha keduanya berhasil dan harimau (yang entah asli atau jadi jadian) itu pergi kembali ke rerimbunan hutan.

Menjelang hari keempat sejak Gagah pergi, kondisi Iqbal terus melemah. Saat itu sepertinya, dia tahu waktunya tidak lama lagi. Dia kemudian berpesan kepada Alex yang ada di sisinya.

“Lex, kalau kamu nanti pulang, kamu harus siap, batin kamu harus siap, kalau ketemu dengan mayat yang lain di bawah. Gagah.".

Tepat pada hari keempat, Iqbal akhirnya meninggal dunia disisi Alex, sahabatnya. Ada rasa kecewa dan kehilangan yang dirasakan Alex. Besar harapannya agar ada bantuan yang datang dibawa oleh Gagah dan akan menyelamatkan sahabatnya, Iqbal.

Hingga Iqbal meninggal, bantuan maupun Gagah tidak juga datang. Jika saat itu Gagah adalah yang menemani Iqbal, mungkin Gagah akan memilih mati bersama. Namun tidak bagi Alex, dia bertekad akan pulang hidup hidup dari pendakiannya kali ini.

Merasa tidak ada lagi alasan untuk bertahan karena Iqbal telah tiada, Alex memutuskan turun. Sebelumnya, dia mengeluarkan isi tasnya dan membuat jejak menggunakan pakaian-pakaiannya.

Harapannya, jika nanti dilakukan pencarian melalui udara, maka koordinat keberadaannya dapat dengan mudah diketahui team rescue. Alex turun dengan hanya membawa pakaian yang dikenakan.

Tas, kamera dan peralatan lain ditinggalkan di lokasi jasad Iqbal berada. Alex meneruskan perjalanan seorang diri menyusul Gagah yang entah sudah ada di mana, dan entah masih hidup atau tidak.

Perjalanan Alex terhenti saat mendapati jalur aliran sungai itu terputus pada dua buah jurang air terjun, yang salah satunya adalah Curug Minger. Alex melihat ke sisi kanan dan kirinya, tidak ada jalan lain untuk memutar.

Satu satunya cara adalah merayap turun di tebing curam ini, namun itu sangat beresiko tinggi. Alex kemudian duduk di pinggiran jurang sambil memikirkan apa yang harus dilakukan.

Ingatan Alex terpotong saat itu dan tiba tiba saja ketika sadar, dia sudah ada di bawah kedua jurang itu. Alex menatap ke atas dan terheran heran sejak kapan dia sudah ada di bawah dan bagaimana caranya. Fokusnya sekarang adalah mencari Gagah dan menemukan jalur permukiman penduduk secepatnya.

Sumber: mwv.mystic (@mwv_mystic), 21 Agustus 2021. 

Auto Europe Car Rental