Menengok Hinoki Village, Peninggalan Jepang di Kota Chiayi, Taiwan
Bagi penyuka traveling, bisa mengabaikan dulu anggapan umum itu. Banyak destinasi wisata menarik. Misalnya, Gedung Taipei 101, pusat bisnis sekaligus gedung pencakar langit, atau The National Palace Museum.
Tapi, ada baiknya menengok Kota Chiayi, di bagian selatan negara itu. Baru dua tahun terakhir tempat ini dibuka untuk wisatawan. Pemerintah setempat telah merenovasi kompleks bekas mes pejabat Jepang di kala Perang Dunia II.
Tempat itu bernama Hinoki Village. Tempatnya terbuka di pinggir jalan poros di tengah Kota Chiayi. Chiayi termasuk dalam lima kota besar di Taiwan. Kota ini berjarak tempuh 1,5 jam memakai kereta cepat dari stasiun utama kereta cepat di Taipei, ibu kota Taiwan.
Hinoki Village terlihat berbeda dari sekelilingnya. Sekeliling tempat itu, semuanya bernuansa Taiwan. Namun tidak dengan Hinoki. Tempat itu bernuansa kental Jepang. Maklum saja, tempat itu peninggalan penjajah Jepang ketika Jepang membuka industri perkayuan di tempat itu.
Chiayi tidak jauh dari Gunung Ali (Alishan). Pegunungan itu memiliki hutan cemara. Ketika Jepang menjajah, negara itu membuka industri perkayuan (khusus cemara) di Taiwan, yang dipusatkan di CHiayi.
Dan sebagai tempat tinggal pejabat perusahaan kayunya, Jepang membangun Hinoki Village. Hinoki sendiri berarti kayu cemara. Keunikan dari tempat itu adalah rumah yang dibangun semuanya bermaterial kayu cemara. Sebagai ikon di jalan masuk, sebuah gelondong kayu cemara berdiri tegak menjulang. Ada juga potongan bulat kayu cemara yang ditanam di tanah.
"Sebenarnya ada tiga kompleks permukiman Jepang di Chiayi ketika menjalankan industri perkayuannya. Namun baru satu ini yakni Hinoki Village yang direnovasi oleh pemerintah dan kini menjadi tempat wisata terbuka," ujar Mark, pemandu wisata yang memandu Surya dalam kunjungan ke Hinoki Village akhir Februari lalu.
Terdapat 30 rumah di Hinoki Village. Semuanya bermaterial kayu cemara. Toilet-nya pun masih tetap berdinding kayu cemara.
"Semua arsitektur di sini ada filosofinya. Dan yang membedakan rumah kayu cemara di sini dengan di Jepang, kalau di Taiwan diberi jarak dari tanah untuk mencegah cepatnya kerusakan. Ada jarak beberapa centimeter. Kayu cemara rumah ini masih kuat karena direndam sebelum diolah, dan memang yang diambil kayu yang berusia tua," imbuh Mark.
Dari 30 bangunan di tempat itu, hanya empat bangunan yang dipakai untuk non komersial. Sisanya disewakan kepada masyarakat. Karenanya sangat mudah menemukan aneka suvenir khas Taiwan di Hinoki Village. Wisatawan bisa mencari teh khas Taiwan maupun aneka mug dan keramik.
Tempat non komersial itu berupa galeri, ruang pamer, juga museum sejarah industri perkayuan di hutan Alishan. Tempat itu dikelola oleh perusahaan swasta, yang menyewa aset negara itu. Dan pengelola menggratiskan wisatawan masuk ke Hinoki village.
Wisatawan bisa menuju Hinoki Village secara mudah. Ada dua cara menuju tempat itu, yakni dengan naik kereta api maupun bus dari Taipei. Jika naik kereta api cepat, tiket dari Taipei sebesar NTD 930 atau setara sekitar Rp 399.000
Setelah turun dari Stasiun Chiayi, wisatawan bisa menyewa sepeda motor sekitar lima menit perjalanan, atau berjalan kaki sekitar 20 menit. Waktu yang tepat mengunjungi tempat ini ialah di musim semi, karena hujan kemungkinan besar tidak turun dan langit Chiayi berwarna biru. (sri wahyunik)