Taufiq Penasaran Mengungkap Keindahan Gunung Arjuno
Dia merasa tertantang dan penasaran untuk mengungkap keindahan Gunung Arjuno. Apalagi, panorama keindahannya tak kalah bagusnya dengan gunung yang lainnya. Berangkatlah Taufiq bersama tiga teman SMP di bulan Juli 2016.
Estimasi berangkat dari jam 02.00 pagi dari Surabaya melewati jalur Pacet, perjalanan sepi dan lancar tanpa ada hambatan. Perlengkapan mendaki gunung lengkap sudah masuk mobil semua, termasuk tenda, pakaian, makanan (logistik).
Persiapan pribadi maupun kelompok sangat maksimal, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tiba di tempat perizinan Gunung Welirang, pukul 04.00 pagi. Langsung melakukan izin mendaki dengan mendata anggota empat orang.
Sambil istirahat sejenak, Taufiq dkk menyantap hidangan di warung dan menyempatkan membeli beberapa sayuran di pasar buat bekal masak saat ngecamp. Sekitar pukul 06.00 pagi mulailah berjalan menuju puncak Welirang/ Arjuno.
Tidak hanya sendiri, ada beberapa kelompok lain dari berbagai wilayah yang mendaki bersamaan. Setidaknya, tiga pos besar di Gunung Arjuno. Pet Bocor, Kokopan dan Pondokan. Medan perjalanan awal masih biasa saja kerena berupa setapak berbatu yang telah di tata rapi dan cukup lebar. Selama perjalanan ke Pos 1 Pet Bocor, mereka melewati perkemahan Kakek Bodo.
Hitungannya terlalu pagi jika ngecamp. Ada juga air terjun di sana, tapi kembali harus fokus dengan tujuan awal. Dari Pos perizinan menuju Pos I Pet Bocor butuh sekitar 1 jam. stirahat sejenak sambil meminum air. Selang beberapa menit lanjut lagi menuju Pos II Kokopan. Kali ini, medan perjalanan sangat sulit dibandingkan sebelumnya. Rutenya banyak jalanan berbatu dan tanjakan. Sangat menguras tenaga.
Karena itu kekompakkan tim harus tetap terjaga. Capek satu yang lain harus ikut istirahat, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Selain itu panas sinar matahari mulai berjalan. Selama di perjalanan persediaan air semakin berkurang. Semakin lama semakin lelah bertemu tanjakan terus. Suasana pepohonan makin hilang, ganti dengan tanjakan terjal dan gersang. Jalurnya pun berbelok-belok.
Sekitar empat jam akhirnya mereka tiba di Pos 2 Kokopan. Setiba di Pos ke 2, tidak lupa mengisi persediaan air. Konon jika malam hari berkemping di Pos 2 ini, suasana kerlap-kerlip lampu kota dapat dilihat jika cuaca sedang cerah.
Lanjut lagi ke Pos 3 Pondokan. Medannya masih sama sangat menguras tenaga. Sepanjang perjalanan penuh bebatuan, rerumputan dan bukit. Mereka juga memasuki sebuah hutan yang terkenal dengan misterinya, Alas Lali Jiwo.
Bukan hanya fisik melainkan pikiran harus tetap konsentrasi. Setelah lima jam, sampailah di Pos 3 Pondokan. Hari sudah sore, Taufiq dan teman-teman ngecamp di pos ini. Menata tenda sambil masak makanan, istirahat dan tidur.
Sekitar jam 11 malam mereka melanjutkan perjalanan. Semakin ke atas harus konsentrasi agar tidak terpeleset di bebatuan. Harus berhati-hati dan waspada karena selama perjalanan bertemu turunan atau jurang.
Taufiq tidak sabar untuk melihat keindahan sunrise di puncak Gunung Arjuno. Sekitar pukul 04.00 pagi, Taufiq dan teman-teman tiba puncak Gunung Arjuno. Tunggu beberapa saat, terlihat awan di timur membuka, sedikit pemandangan matahari terbit.
Sayang, setiba di puncak, yang sangat disesali yang terlihat hanya kabut dan kabut. Padahal, bila cuaca sedang cerah pemandangan dari puncak gunung ini sangat indah. Berbagai kota di bawah seperti Surabaya, Pandaan, Pasuruan bahkan Malang akan terlihat kecil.
Lautan bisa terlihat, di tambah lagi panorama puncak-puncak gunung lain yang menjulang. Hal ini membuat mereka akan pasti kembali di Gunung Arjuno, setelah melihat keindahan yang sesungguhnya.
Taufiq tidak menyesal. Keinginannya mendaki Arjuno terwujud. Dia juga membuktikan, suasana mistis itu benar adanya. Selama perjalanan Taufiq dkk kerap mendengar suara aneh-aneh. Merinding yang dia rasakan, tapi tetap fokus sambil ngobrol santai dengan teman-teman.
Ketika berada di Alas Lali Jiwo atau hutan lupa diri. Pendaki harus fokus pikiran, tidak boleh kosong. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah itu akan tersesat dan lupa diri.
Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Pengalaman dari para pendaki, ada pula tersesat hingga tidak ditemukan. Terlebih lagi, kejadian yang baru-baru ini menewaskan seorang mahasiswa karena sambaran petir.
Sebagai pendaki harus memperhatikan betul-betul peraturan yang ada dan jangan melanggar. Kalau warga setempat bilang tidak boleh, ya jangan dilanggar. Penduduk setempat sangat ramah dengan pengunjung, mereka menasihati hal-hal apa saja yang tidak boleh dilanggar.
Gunung Arjuno adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia dengan ketinggian 3.339 m dpl. Berada di wilayah perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang. Gunung Arjuno merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung.
Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu. Nama Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan Mahabharata, Arjuna. Kalau dari Stasiun Gubeng Surabaya tinggal menuju Stasiun Malang. Lanjut naik angkot atau argo (taksi) menuju terminal bus. Setiba di terminal bus, bisa langsung menuju lokasi. (alfiani riar)