Larung Sembonyo, Larung Tumpeng Nelayan di Pantai Prigi Trenggalek
Sejumlah nelayan membawa dua tumpeng ke tengah laut yang berjarak sekitar 2 mil dari Pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan Prigi, Rabu (24/7).
Satu tumpeng agung nasi kuning lengkap dengan lauk pauk setinggi 3 meter. Satu tumpeng lain, sesaji berhias janur kuning.
Pelarungan tumpeng diiringi belasan perahu nelayan hias dengan penumpang ratusan orang. Mereka membawa tumpeng dengan pelampung dari pelepah pisang dan kayu. Tumpeng dijaga beberapa orang sepanjang perjalanan di laut.
Setelah tiba di lokasi, nelayan melepas kedua tumpeng dan perahu-perahu nelayan yang mengiringi kembali ke dermaga. Proses pelarungan itu berlangsung sekitar dua jam.
Larung Sembonyo ini merupakan kegiatan budaya sejak 1985 setiap Selo kalender Jawa menurut Buku Informasi Pariwisata dan Budaya Kabupaten Trenggalek.
"Tujuannya, agar nelayan Prigi berlimpah kesehatan, keselamatan dan rezeki,” kata Nur Kawit, Ketua Panitia Larung Sembonyo.
Untuk menyambut Larung Sembonyo, para nelayan Prigi rehat dari aktivitas melaut. Nur bilang, apabila ada nelayan yang nekat mencari ikan, mereka akan didenda. Hasil tangkapan juga disita.
Sebelum larung, nelayan mengarak tumpeng sejauh 1 km dari Kantor Kecamatan Watulimo. Tiga perempuan berdandan dengan kain hijau layaknya calon pengantin.
Pilihan WaniMbambung
Menurut Nur, menghadirkan “pengantin” dalam aksi budaya itu merupakan tradisi. “Istilahnya, nelayan ngunduh mantu,” ujarnya.
Bupati Trenggalek M Nur Arifin mengajak para nelayan ikut menjaga kebersihan laut karena telah memberi rezeki. Laut jangan diberi sampah. Bila perlu, diusulkan membentuk Aliansi Masyarakat Penjaga Laut.
Mereka inilah yang nantinya berperan besar terhadap kebersihan laut dan pantai di kawasan Watulimo. Larung Sembonyo, bukan berarti para nelayan mengagungkan laut.
"Itu tak lebih dari ungkapan rasa syukur kepada Tuhan," ujar bupati yang akrab disapa Mas Ipin ini.
Kegiatan budaya seperti Larung Sembonyo bisa dikembangkan dan dikemas lebih meriah ke depannya. Harapannya, mampu menarik minat orang luar Trenggalek untuk datang.
Kemarin saja, antusiasme sangat besar dari wisatawan, lokal maupun dari luar wilayah.Menurut Mas Ipin, kalau di Pantai Prigi terkenal dengan Labuh Laut atau Sembonyo, maka di Munjungan terkenal Longkangan. Semua itu merupakan aset kebubayaan dan kesenian Trenggalek.
Sesepuh Larung Sembonyo, Yaman, mengatakan, acara adat ini untuk melestarikan budaya Jawa yang dilaksanakan oleh para nelayan.
Ada simbol kemanten, yakni pernikahan antara Adhipati Yudha Negara dan Gambar Inten. Mereka yang membabat wilayah Trenggalek dulu. (cak idin)