Nuansa Alam nan Bagus di Bukit Kapur Suci Gresik (2-Habis)
Saat itu Minggu sehingga sangat ramai. Ada yang menggelar tikar dengan bekal-bekal makannya. Ada yang berenang di tepian pantai. Penjaja makanan dan suvenir juga banyak berjajar di area sekitaran pantai.
Untunglah, masih ada area kosong yang bisa menjadi spot foto dengan background laut biru. Lanjut lagi, menuju ke Mangrove Ujung Pangkah. Tempatnya sudah tertata rapi. Jembatan dari kayu, mengantar pengunjung memasuki lorong pohon-pohon mangrove di kiri kanan.
Teduh dan berangin semilir meskipun masih tengah hari. Dari semua tempat wisata yang sudah dikunjungi, tempat ini serasa paling sejuk. Rasanya masih ingin berlama-lama sambil menunggu matahari sedikit turun.
Akhirnya, semua bergeser juga menuju ke Setigi Sekapuk. Itu juga bekas penambangan kapur. Ketika sampai, yang terlihat khas adalah guratan kerukan dan lubang-lubang di area dinding putih bersih, seperti jendela jadinya.
Yanti yang sempat terlelap, terbangun dan masih bersandar di mobil, serasa malas untuk turun, karena sudah membayangkan teriknya. Namun, setelah melihat alamnya, dia langsung bersemangat lagi untuk setting kamera.
Hari itu ditutup dengan perjalanan ke Bukit Larangan. Kalau membaca review, perjalanan cukup panjang karena harus berjalan sekitar 1 km. Penduduk sekitar mengingatkan, orang jarang berkunjung ke sana karena dulunya memang terkenal mistis.
Saat ini beberapa area sudah mulai ditambang, sehingga sudah ada aktivitas di dalamnya, Beberapa pecinta alam juga mulai menikmati camping di puncaknya sambil menikmati pemandangan kota Gresik dari atas bukit. Makanya tempat ini mulai dibilang sebagai salah satu surga tersembunyi di Gresik.
Perjalanan ke puncaknya sedikit menanjak, tetapi melewati lorong bukit kapur dan pepohonan yang cantik. Jadi, itu tidak memuat lelah. Banyak spot foto di sepanjang jalan. Sebenarnya bagus menikmati pemandangan matahari tenggelam di puncaknya.
Namun, karena tidak membawa tenda dan tidak berencana menginap, maka setelah mendapatkan foto, semua langsung turun lagi sebelum gelap. Seharian berkeliling serasa lengket semua. Panas berkeringat, baju basah dan kering, kemudian basah lagi sampai kering lagi.
Begitulah suasana kota Gresik di balik segala keindahan alaminya. Akan tetapi, itu memang yang dicari, eksplorasi ke tempat baru tanpa menaruh ekspektasi apa-apa. Itu membuat segala yang dinikmati serasa sebagai kejutan-kejutan yang indah.
Hari ketiga, saatnya berkeliling santai di kota lama. Kampung Kemasan yang dituju untuk menikmati suasana kampung dengan bangunan-bangunan rumah tua yang terawat. Wajah rumah orang kaya Gresik zaman dulu, benar-benar tecermin di area ini.
Banyak pengusaha yang dulu tinggal di area itu. Salah satunya adalah pengusaha emas yang cukup terkenal di zamannya, sehingga akhirnya nama kampungnya menjadi Kampung Kemasan. Namun, sejak adanya Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, masa jaya Gresik mulai surut.
Hingga saat ini, rumah-rumah itu masih dihuni. Bangunannya dibiarkan dengan struktur bangunan lama, hanya dipugar cat-catnya dan dipelihara dengan biaya sendiri. Peminat sejarah dan fotografi pasti menyukai tempat itu.
Ada rumah dengan pilar-pilar besar, pintu dan jendela tinggi, serta lantai ubin yang khas. Ada juga rumah mungil dengan cat warna-warni. Kota tua yang menarik dan layak menjadi cagar budaya.
(fifin maidarina)