Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sensasi Makan Sidat di Oling River Food Banyuwangi

SUDAH pernah ke Oling River Food? Inilah destinasi kuliner yang terletak di sepanjang bantaran Sungai Dam Limo, Desa Tegaldlimo, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi. Pengunjung dapat aneka olahan ikan air tawar, khususnya ikan sidat di tepi sungai yang jernih.

Begitulah sensasi Oling River Food, mengajak menikmati aneka olahan sidat dengan bumbu masak tradisional di sebuah area dam (bendungan air), dengan air sungai yang mengalir jernih. Sidat biasa disebut oling oleh warga setempat.

Banyuwangi sendiri dikenal sebagai daerah pengekspor sidat skala besar ke negara Jepang. Di Jepang, sidat biasa dikenal dengan Unagi. Pasar kuliner ini buka dua kali dalam sepekan, yakni setiap Sabtu pukul 15.00-21.00 WIB, dan Minggu pukul 09.00-16.00 WIB.


Wisata kuliner ini berada di jalur menuju Taman Nasional Alas Purwo. Pelancong bisa mampir sebelum atau sesudah berkunjung ke Alas Purwo. Aneka olahan ikan air tawar menjadi menu andalan menemani nasi putih maupun nasi jagung. Mulai dari wader goreng, botok wader, pelasan oling, hingga ungkepan oling.

Ada menu spesial, ungkepan oling yang sangat nikmat. Rasanya sungguh enak. Selain olahan sidat, kawasan kuliner ini juga menyediakan banyak olahan lainnya, seperti ayam pedas, ikan pari pedas, nasi pecel, sate kerang, dan rujak soto.

Tak lupa, aneka jajanan tradisional seperti cenil, lupis, putu ayu, hingga getuk. Berikut juga minumannya, seperti dawet dan es kelapa muda. Lokasi di bantaran sungai karena pihaknya ingin menjadikan sungai sebagai lokasi tujuan wisatawan.


Pengelola melarang para pedagang di sini menggunakan plastik. Mereka diajak untuk mulai peduli lingkungan. Misalnya mengganti piring dengan daun pisang, piring lidi, atau anyaman bambu untuk kemasan makan dan minum.

Pemkab Banyuwangi menyampaikan apresiasinya kepada warga yang telah bergotong royong membuka wisata kuliner yang mengangkat Sidat sebagai menu andalan. Ini sinergitas antara warga dan pemkab memadukan manajemen sumberdaya air dengan ekonomi rakyat dengan membuka street food sidat.

Selain menambah atraksi wisata di Banyuwangi, upaya yang dilakukan warga ini  adalah ikhtiar memacu kemandirian ekonomi lokal. Ibu-ibu yang dulunya hanya sebatas memasak untuk keluarga, kini akhirnya berani buka usaha kuliner.

Mereka akhirnya mendapat manfaat ekonomi dari usaha kuliner ini. Saya bangga dengan warga Banyuwangi yang terus berkreasi menumbuhkan destinasi wisata kuliner tematik di desanya masing-masing.


Sebelumnya, Banyuwangi telah tumbuh sentra-sentra kuliner yang digerakkan oleh warga setempat. Seperti Arabian Street Food di Jalan Bangka, Lingkungan Lateng, Banyuwangi yang menyajikan berbagai kuliner timur tengah serta sentra kuliner di desa-desa setiap Sabtu malam dan Minggu pagi.

Sebut saja, Pasar Wit-Witan di Alasmalang, Singojuruh yang menyajikan makanan tradisional khas Banyuwangi. Juga ada Pasar Kuliner Desa Kemiren, Jajanan Malam Desa Olehsari, Kdcamatan Glagah. Juga ada Pasar Samar Wolu di Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi. (*)
Auto Europe Car Rental