Mengenang Masa Lalu di Pasar Papringan Desa Jambu Kabupaten Kediri
Suasana pasar tradisional yang buka hari Minggu mengingatkan suasana pasar pada tempo dulu. Warga yang selama ini menjadi pengelola pasar sadar menampilkan pelayanan terbaiknya. Para penjual di Pasar Papringan Desa Jambu membawa pengunjung ke situasi tahun 1960-an. Para perempuan yang berjualan mengenakan busana zaman dahulu.
Mereka mengenakan pakaian bawah kain kemben jarit dipadu baju lorek lengan panjang dengan belahan dada terbuka, laiknya perempuan Jawa zaman dahulu. Lapak atau tempat berjualan menggunakan lincak (bangku) bambu sederhana. Wadah-wadah untuk berjualan mengadopsi peralatan gerabah tanah liat serta anyaman bambu seperti besek, wakul dan keranjang.
Soal menu? Ada jajanan pasar seperti nasi ampok jagung, nasi tiwul, cenil, rujak uleg, jenang grendul dan dawet ayu. Meski begitu, tersedia menu masa kini. Susu kambing etawa, aneka jus, jenang, kerupuk dan srabi.
Para penjual yang ada di Pasar Papringan merupakan perwakilan warga dari masing-masing RT di Desa Jambu. Karena berlokasi di bawah papringan, suasana mengenang masa lalu sangat kental. Di pintu masuk, ada sepeda kayuh butut yang biasa dipakai penjual sayur keliling dengan caping anyaman bambu.
Pengunjung dapat menikmati romansa Pasar Papringan di saung bambu yang berada sekitarnya atau lesehan dengan tikar pandan. Meski suasana panas, karena berada di bawah pohon bambu tetap terasa sejuk. Pengelola menghadirkan hiburan keroncong dan campur sari. Untuk masuk Pasar Papringan, cukup menukar uang dengan koin senilai Rp 5.000 per orang.
Pilihan WaniMbambung
Rinciannya, Rp 2.000 untuk masuk dan Rp 3.000 dapat ditukarkan dengan menu yang dijual. Kalau nilainya lebih, pengunjung membayar tunai sesuai dengan harganya. Harga di Pasar Papringan sangat terjangkau. Rata-rata di bawah Rp 10.000.
Sunarti, salah satu penjual mengaku omsetnya setiap berjualan di Pasar Papringan cukul lumayan. Dari pagi sampai siang bisa meraup lebih Rp 500.000. Perekonomian warga sangat terbantu dengan keberadaan Pasar Papringan. "Kalau hari Minggu biasanya sangat ramai, dagangan laku semua," ungkapnya.
Lokasi Pasar Papringan ini bersebelagan dengan kebun bibit buah yang sebelumnya telah dikenal sebagai destinasi wisata selfie. Pemandu wisata Pasar Papringan, Yanti menuturkan, pasar buka mulai pukul 08.00-14.00 WIB. Semula muncul saat kegiatan festival desa wisata Jambu.
Warga antusias sehingga setiap Minggu pasarnya dibuka. "Jualan gethuk saja laku lebih dari Rp 500.000. Semua penjual dikelola oleh RT. Tidak ada yang dikelola pribadi," ungkapnya. (bung didik)