Taman Sari, Istana Air Permaisuri Raja
Kalau sudah di atas, bisa melihat kolam-kolam. Tapi tidak ada airnya sama sekali. Warnanya hijau kehitaman. Sangat tidak terawat. Tidak lama, paling satu jam, terus turun lagi. Kembali ke Pasar Ngasem. Bapak biasanya sudah selesai menjual beberapa ekor ayam.
Sekarang sudah berubah. Pasar Ngasem bukan pasar burung lagi. Di belakangnya jadi tempat destinasi wisata favorit kalau ke Yogyakarta. Namanya, Taman Sari. Konon, ini bekas kolam pemandian yang sangat indah bagi permaisuri raja. Atau tempat mencari ketenangan.
Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi) membangun Taman Sari ini pada 1683 (silsilah kerajaan Mataram) atau tahun 1757 Masehi. Pesanggrahan Taman Sari dibangun setelah Perjanjian Giyanti (1755), yakni setelah Yogyakarta terlibat persengketaan dan peperangan.
Kompleks Taman Sari berdiri di atas lahan lebih dari 12 hektare, paduan gaya Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan Cina. Selesai dibangun tahun 1765 Masehi. Sri Sultah HB I memberi nama masing-masing bangunan, Keraton Pulo Kenanga, Masjid Taman Sari dan Pulo Penambung, yang terapung di atas air, kolam pemandian dan gedung tempat tidur Sri Sultan dan Permaisuri.
Salah satu tanda peringatan kepada pengunjung agar ikut menjaga Taman Sari yang sudah asri. |
Hanya kalau untuk bercengkerama, kok jaraknya cukup jauh ya. Lokasi Taman Sari itu, kalau saya tidak salah, di sisi barat laut istana raja (alun-alun utara). Masih masuk dalam lingkaran beteng (beteng kulon). Butuh waktu cukup lama kalau sang raja harus menenangkan pikiran ke Taman Sari. Jangan-jangan ada lorong khusus ya, menuju tempat ini. (*)