Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Makna Ritual Adat Ngurek atau Ngunying di Bali


NGUREK berasal dari kata ‘urek’ yang berarti lobangi atau tusuk. Jadi, Ngurek dapat diartikan berusaha melubangi atau menusuk bagian tubuh sendiri dengan keris, tombak atau alat lainnya, saat berada dalam kondisi kerasukan/kerauhan (trance).

Ritual Tari Ngurek atau Tari Ngunying adalah sebuah tarian yang menunjukkan kedigdayaan para prajurit pada jaman kerajaan dan bertujuan memperlihatkan  rasa bhakti dan syukur kehadapan Sang Hyang Wenang yang telah memberikan AnugerahNya.

Secara garis besar prosesi Ngurek terbagi tiga tahap. Pertama, Nusdus adalah merangsang para pelaku Ngurek dengan asap beraroma harum menyengat agar segera kerauhan.

Kedua, Masolah merupakan tahap menari dengan iringan lagu atau bunyi-bunyian gamelan. Ketiga, Ngaluwur berarti mengembalikan pengurek pada jati dirinya.

Para pengurek diawali oleh keadaan seperti badan menggigil, gemetar, mengerang dan memekik, diiringi suara gending gamelan. Para pengurek berproses langsung menari dan menancapkan senjata.

Biasanya berupa keris ke bagian tubuh di atas pusar seperti dada, dahi, bahu, leher, alis dan mata. Walau keris ditancapkan dan ditekan kuat kuat secara berulang ulang, jangankan berdarah, kulit para pengurek tergores pun tidak.

Roh yang ada di dalam tubuh para pengurek ini menjaga tubuh mereka agar kebal, tidak mempan dengan senjata. Tradisi Ngurek ini merupakan tradisi budaya masyarakat Bali.

Saat upacara mengundang Roh leluhur dilakukan, para roh diminta untuk berkenan memasuki badan orang-orang yang telah ditunjuk (pengurek) dan menjadi sebuah tanda, bahwa roh-roh yang diundang telah hadir di sekitar mereka.

Tradisi Ngurek juga dipercaya, untuk mengundang Ida Bhatara dan para Rerencangan (prajurit beliau) berkenan menerima persembahan ritual saat upacara/upakara.

Sumber: Agung (@Jelantik5), 29 Juni 2020.

Auto Europe Car Rental