Desa Labuhan Punya Ekowisata Mangrove dan Keindahan Terumbu Karang
Geladak sepanjang 175 meter itu mulai digarap awal Oktober 2019 dan belum boleh diakses pengunjung. Ada 10 tukang dari warga setempat yang mengerjakannya. Kami sengaja melibatkan mereka agar merasa turut memiliki area konservasi terumbu karang ini," ungkap Moh Syahril, Ketua Pokdarwis Payung Kuning.
Yang dimaksud Syahril adalah para tukang itu merupakan warga Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Madura. Kawasan ini terkenal dengan wisata edukasi mangrove atau yang lebih dikenal dengan ecowisata Mangrove.
Hingga Februari 2020, muncul pengembangannya di Dusun Masaran, yang fokus wisata laut konservasi terumbu karang sejak 2017 karena ada praktik transplantasi terumbu karang hingga 80 unit di kedalaman 4 sampai 5 meter.
Kembali ke pekerjaan para tukang, tracking berbahan kayu yang dibangun membelah hutan mangrove itu akan mengantarkan para pengunjung menuju wisata konservasi terumbu karang. Ada 10 perahu nelayan yang siap mengantar pengunjung ke area konservasi terumbu.
"Kalau air tenang, terumbu di kedalaman empat bisa dilihat dengan mata telanjang," jelasnya Syahril yang menggalakan pengembalian habitat bawah laut itu.
Bersama area mangrove, total luas kawasan konservasi terumbu karang sekitar 13 hektare, termasuk area camping ground untuk komunitas, siswa, hingga mahasiswa yang ingin bermalam. Pemuda-pemuda desa ini mulai posting di media sosial sehingga cepat menyebar.
Upaya pemulihan, perlindungan, dan pelestarian terhadap populasi terumbu karang di pesisir Desa Labuhan Kecamatan Sepulu Bangkalan berawal dari pengamatan Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) pada Februari 2016.
Hasilnya, sebagian koloni karang di perairan pesisir Desa Labuhan mengalami pemutihan atau bleaching. Secara umum, kondisi terumbu karang di pesisir Bangkalan utara itu diperkirakan berada dalam kategori buruk atau terjadi penutupan karang hidup kurang dari 25 persen.
General Manager PHE WMO, Ani Surahman mengungkapkan, hal itu memantik PHE WMO untuk melakukan pemulihan dengan melakukan transplantasi karang yang dilakukan mulai 2017 dan 2019 di area seluas 8 hektare. Harapannya, mempercepat regenerasi pertumbuhan terumbu karang yang semakin terdegradasi.
Ani Surahman menjelaskan, PHE WMO melibatkan Tekno Sains ITS untuk mengetahui dan memantau perkembangan fisik 80 terumbu karang yang telah ditanam. "Konservasi terumbu karang ini tidak lain untuk mengembalikan habitat dan meningkatkan keragaman terumbu karang di pesisir Desa Labuhan," jelasnya.
PHE WMO merupakan korporasi yang bergerak di sektor hulu migas dan menjadi kontraktor kontrak kerja sama dengan SKK Migas. Sebelumnya, PHE WMO telah sukses mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove yang berada di sisi timur wisata konservasi terumbu karang.
Ani menambahkan, untuk mempersiapkan area konservasi terumbu karang menjadi kawasan wisata dan edukasi, selain tracking pihaknya juga melengkapi dengan spot foto booth dan saung. Diharapkan konservasi terumbu karang di Desa Labuhan bisa menjadi role model sarana wisata dan edukasi bagi wilayah lain. (*)