Sukamen Ramen Buka Harga Kemitraan
BISNIS di hampir semua lini lesu. Founder Sukamen, Erwin Wijaya menyebutkan, di antara empat yang ada, keinginan meningkatkan pemasukan tambahan merupakan paling kuat.
"Selain jenuh, butuh refreshing, dan harus menekan pengeluaran, ternyata masyarakat butuh pemasukan baru di samping pemasukan utama," terangnya.
Erwin menambahkan, untuk mendapatkan pemasukan tambahan, masyarakat banyak melakukan pekerjaan sampingan. Salah satunya, dengan berbisnis kuliner.
Banyak waktu di rumah. Jadi, banyak yang iseng-iseng belajar memasak. Nanti kalau sudah berhasil, baru dijual.
Erwin bersama timnya memberanikan diri menawarkan produk Sukamen Ramen kepada masyarakat sebagai peluang usaha di masa pandemi.
Di tengah pandemi seperti sekarang, masyarakat lebih memilih makanan yang akan mereka konsumsi. Kuncinya harus sehat, enak, dan kenyang.
"Ini sangat berbanding terbalik dengan sebelum pandemi, di mana makanan sehat jarang sekali diutamakan," tutur Erwin.
Dia berani menawarkan Sukamen Ramen sebagai produk yang tengah dicari masyarakat. Ramen dengan konsep kekinian, citarasa otentik, harga terjangkau, dan tidak mengandung babi.
Hal itu yang ditawarkan kepada pelaku UKM apabila mereka ingin melakukan kolaborasi dengan Sukamen.
Erwin dan tim ingin agar nama Sukamen dapat menyebar luas hingga seluruh Indonesia, dengan melakukan kolaborasi bisnis.
Dengan harga kemitraan yang relatif murah dan keuntungan melimpah, Erwin percaya akan banyak masyarakat yang tertarik dengan bisnis ini.
"Misalnya, alat masak, buku resep, bahan baku awal dan kemasan, hingga pemakaian brand selama dua tahun," jelas Erwin. (*)