Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ayo Kunjungi Giliyang, Tantangan Maut di Pulau Awet Muda

LEMBAGA Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada tahun 2006 menyebutkan, kadar oksigen di Pulau Giliyang berkisar antara 3,3-4,8 persen di atas normal. Kualitas oksigen yang baik membuat usia rata-rata penduduknya mencapai 70-100 tahun lebih.

Tidak mengherankan jika Giliyang dijuluki sebagai pulau awet muda. R. Aj. Fathin Tamama, mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura akan menceritakan pengalaman menariknya selama travelling ke Giliyang pada bulan Agustus 2016 lalu.

Berangkat dari kampusnya yang berlokasi di Kabupaten Bangkalan, Fathin dan 7 teman sekelasnya naik bus mini menuju terminal Kota Sumenep. Setelah empat jam perjalanan, rombongan Fathin berganti angkutan umum yang mengantarnya ke Pelabuhan Dungkek.

Pecinta travelling ini langsung menumpang sebuah kapal motor nelayan setempat untuk menyeberang ke Giliyang.  Sayangnya, cuaca saat itu sedang tidak bersahabat. Ombak di laut begitu besar hingga membuat kapal yang ditumpangi Fathin berjalan tidak stabil.

Kapal tersebut juga tidak menyediakan alat pengaman bagi penumpangnya, sehingga Fathin pun semakin deg-degan. Yang bisa dilakuakn Fathin hanya merapalkan berbagai doa agar rombongannya selamat sampai tujuan. Sekitar 45 menit menyeberangi lautan yang kotor, rombongan Fathin dikejutkan oleh panorama laut Giliyang yang bening dan bersih.

Dengan menyewa sebuah motor penduduk lokal, Fathin berkelana di sekitar pulau yang termasuk wilayah administratif Kabupaten Sumenep tersebut. Ketertarikannya pada medan-medan wisata yang memacu adrenalin, membuat Fatin memilih Batu Canggah dan Bukit Celeng sebagai destinasi pertamanya.

Jalanan curam menuju Batu Canggah yang hanya bisa dilewati satu motor membuat anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Fanatik tersebut memilih berjalan kaki sejauh 2 km dari jalan utama desa. Suasana mencekam oleh rerimbunan pohon di kiri-kanan jalan membuat Fatin dkk saling bergandengtangan ketika menelusuri Batu Canggah.

Dia sangat lega begitu sampai di bukit berbentuk kepala babi tersebut. Di sana, Fathin dapat menyaksikan indahnya pesona laut Giliyang sembari menikmati angin segar menyejukkan. Birunya laut membuat Fathin ingin masuk dan berenang ke dalamnya. Sayangnya, kondisi bukit yang tinggi dan menyeramkan membuat Fathin menahan keinginannya tersebut.


Puas berfoto-foto di Batu Canggah, rombongan Fathin menjelajahi Bukit Celeng yang terletak tidak jauh dari tempat pertama. Akses menuju bukit ini juga lumayan susah, sehingga Fathin pun memilih berjalan kaki. Namun, medan yang sulit tersebut justru menjadi tantangan bagi perempuan kelahiran Sumenep, 3 November 1994 silam.

Bukit ini menawarkan pemandangan pantai yang hampir sama dengan Batu Canggah. Bedanya, dari atas Bukit Celeng memperlihatkan pesona pantai biru yang dikelilingi batu-batu karang. Hasil pemotretan yang dilakukan Fathin pun semakin apik berkat panorama tersebut.

Bersahabat dengan Gulita
Masih banyaknya destinasi wisata yang belum dikunjungi membuat Fathin menginap di pulau yang terdiri dari dua desa tersebut. Fathin menyewa sebuah guesthouse yang disewakan oleh salah seorang warga. Menginap di pulau yang terkenal dengan wisata Titik Oksigen-nya tersebut membuat Fathin terpaksa bermalam tanpa penerangan.

Ya, sampai saat ini, Pulau Giliyang masih belum terjamah oleh fasilitas penerangan dari PLN. Alhasil, aliran listrik yang dimiliki warga berasal dari tenaga surya atau mesin diesel. Itu pun hanya dimiliki oleh beberapa orang dari keluarga mampu. Alhasil, rombongan Fathin harus berhemat daya listrik ketika menginap di sana.

Keesokan harinya, Fathin disambut dengan menu sarapan khas yang disediakan oleh tuan rumahnya. Makanan tersebut amatlah sederhana. Hanya berupa nasi dilengkapi abon ikan, tahu, dan sambal. Uniknya, makanan ini hanya bisa dibeli ketika pagi. Makanya, wisatawan sering menyebutnya “nasi pagi”.

Setelah menyantap nasi pagi, rombongan Fathin melanjutkan perjalanannya menuju spot wisata yang sudah populer di dunia maya, diantaranya: Titik Oksigen yang merupakan tempat dengan kadar oksigen terbaik di Giliyang, serta Goa Air dan Goa Kelelawar yang memiliki stalagtit serta stalagmit yang unik. (riris aditia)
Auto Europe Car Rental