Menikmati Negeri Kedamaian Bernama Brunei Darussalam
Sempat terpikir, perjalanan ini bisa saja saya batalkan tapi di sisi lain, sayang karena saya ingin punya stempel negara baru di paspor saya. Kalau perjalanan batal saya ikhlas bila di imigrasi Jakarta ditolak. Rupaya, Allah berkata lain, saya lolos.
Satu langkah cukup melegakan. Tapi, selama perjananan 2 jam 45 menit, saya tidak bisa tidur karena masih ada imigrasi di Kota Kinabalu. Tiba di Terminal 2, proses scan barang dan imigrasi. Saya lolos tanpa ada hambatan. Padahal sudah saya siapkan sederet kalimat penjelasan.
Saya datang tengah malam. Alhasil, harus menginap di bandara, di lantai dua, sembari menunggu jemputan dari Mbak Janti Purwadi, seorang teman di sana, yang baik hati esok hari pukul 07.00, untuk diantar ke jeselton membeli tiket Kota Kinabalu-Labuan (Malaysia)-Muara (Brunei), seharga 64 RM (one way).
Waktu keberangkatan dari Kota Kinabalu-Muara hanya dua kali sehari, dengan express boat. Yakni pukul 08.00 dan 13.00. Selain itu tidak ada. Harus menggunakan bus dengan rute Kota Kinabalu-Menoumbok selama 2,5 jam dengan tiket 18 RM. Lantas Menoumbok-Labuan (30 menit/15 RM), dan Labuan-Muara (3 jam/34 RM).
Perjalanan Kota Kinabalu-Muara, transit Labuan, sangat nyaman karena boat ber-AC. Dingin banget. Saya cek imigrasi di Muara. Petugas imigrasinya jutek. Saya sempat tidak dipercaya kalau datang sendiri. Apalagi melihat paspor saya kurang dari enam bulan. Petugas menanyakan uang saku saya dan saya jawab jujur 50 dolar Brunei, 50 RM, Rp 50.000. Sewot tapi saya diloloskan.
Dari Muara untuk ke kota harus menunggu bus di luar pelabuhan. Naik bus nomor 33 ke pangkalan, dan berganti nomor 39 atau 38, ke bus station Brunei. Semua hanya sekali bayar,yaitu 1 dolar Brunei.
Suasana kota tidak terlalu ramai. Saya berjalan kaki ke pusat belia Youth Hostel namun tutup karena ada kegiatan. Sempat down karena tidak tahun lagi referensi hostel murah. Tarik napas dulu untuk menenangkan diri. Akhirnnya, menemukan dorm 15 dolar Brunei, di dekat bus station. Namanya KH Soon GS.
Saya membersihkan diri, lalu mencari Wi-Fi, mengirim kabar ke rumah sebelum jalan-jalan ke kota bersama dua teman baru saya, Pascal (Swiss) dan Ryan (Selandia Baru). Setelah mengisi perut, kami menjelajah berjalan kaki. Pertama, Masjid Bolkiah dan menyisir kota hingga larut malam.
Esok paginya, pukul 09.00, saya sudah keluar dan makan nasi katok, makanan termurah. Hanya 1 dolar. Saya harus membeli tiket ke Muara di bus station. Tiket ke Labuan, 17 dolar untuk tiga jam perjalanan. Saya ketinggalan boat express.
Hari itu sangat melelahkan. Saya berjalan kaki dari pusat Kota Kinabalu ke Hostel Global Borneo Backpacker, kurang lebih 3 kmi dari bus station. Hostel ini berada di pinggir kota. Tempatnya memang bagu tapi jauh dari pusat kota.
Malam itu, saya hanya berkeliling ke pusat Kota Kinabalu. Melihat pasar malam, mencoba food court di tepi pantai. Bagi kalian yang menginap di tengah kota, jangan khawatir kalau ke terminal bus bandara 1 dan 2. Sangat dekat dengan Dreamtel Hotel. Tapi, bila menginap di Global Borneo harus pagi-pagi jalan kaki.
So far, menurut saya, Brunei adalah negeri yang aman tenteram dan cocok bagi Anda yang ingin menghindari hingar-bingar keramaian sedangkan Kota Kinabalu hampir sama tapi lebih dinamis kotanya dan jauh lebih murah biaya hidupnya.
Selama perjalanan ke Brunei, saya secara keseluruhan hanya menghabiskan dana 40 dolar Brunei ditambah 137 RM. Sudah all in. Happy backpacker. (fakhril maulana habibi)