Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gupili Trenggalek : Gubuk Pinggir Kali Tempat Nongkrong yang Asyik

SEJUMLAH gubuk berdiri di tepi sungai berair jernih yang membelah Dusun Sebo, Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Di sekelilingnya, ada aneka tumbuhan buah seperti durian, salak, duku dan lain-lain.

Keberadaan gubuk-gubuk itu membuat tempat ini disebut Gupili, kependekan dari gubuk pinggir kali. Suasana alam pedesaan yang sejuk, dengan sesekali terdenar suara tenggeret melingkupi tempat ini. Tidak ada kesan, jika setahun lalu Sungai Keping ini jorok dan penuh sampah. “Dulu  penuh sampah popok bayi. Tempatnya sangat memrihatinkan,” ungkap Saefudin (42), penggagas Gupili.

Saefudin dan kawan-kawan yang tergabung dalam Komunitas Peduli Sungai Trenggalek tergerak membersihkannya. Mereka pula yang menciptakan tempat nongkrong yang asyika bernuansa alam. Awalnya, hanya satu gubuk bambu, dan beratap daun kelapa.

Saefudin berkisah, di masa kecilnya, sungai sepanjang lebih dari satu kilometer ini, dulunya jernih. Di bagian bantaran, banyak keluar mata air yang memancar dan dimanfaatkan warga untuk konsumsi. Setiap pagi warga mengambil air dengan tempayan kecil, dan mambawanya pulang. “Kurang lebih tahun 1991, warga mulai kenal selang. Mereka mengalirkan selang-selang itu langsung ke rumah,” kenang Saufudin.

Selang-selang ini dipasang di hulu sungai yang ada di dataran lebih tinggi. Selang ini langsung masuk dapur, atau kamar mandi. Perlahan-lahan warga tidak lagi berativitas di sungai. Sungai yang awalnya menjadi sumber air konsumsi mulai ditinggalkan dan menjadi kotor. Bukan itu saja, warga banyak yang mulai membuang sampah. Sebagian lain menangkap ikan-ikan dengan racun.

“Padahal ini dulu pusatnya ikan lele lokal. Setiap musim kemarau, ikannya seolah tidak pernah habis,” tutur Saefudin.

Prihatin dengan kondisi itu, Saefudin dan kawan-kawan bergerak memulihkan sungai. Bukan hanya membersihkan dari sampah, mereka memberikan pendidikan lingkungan kepada warga. Harapannya, tidak ada lagi yang membuang sampah ke aliran sungai. Upaya sejak Ramadan 2018 itu sudah terlihat hasilnya. Air sungai menjadi sangat jernih. Bahkan, tempat ini bisa dipakai berenang, bagi mereka yang ingin merasakan sensasi pedesaan masa lalu.

Wakil Bupati Trenggalek, M Nur Arifin (Gus Ipin) mencoba stone balancing di Gupili, Dusun Sebo, Desa Slawe, Kecamatan Watulimo. Komunitas Peduli Sungai Trenggalek menginisiasi Sungai Keping yang kotor menjadi Gupili, tempat nongkrong yang asyik. (foto: Dok Gupili)
“Tujuan kami memang itu, mengembalikan sungai ini sama seperti saat masih menjadi tempat warga mencari air bersih. Dulu mandi di sungai itu biasa,” ucap Saefudin.

Mereka lantas menata sungai sesuai peruntukan masing-masing. Ada bagian untuk berenang, memelihara ikan, pemancingan dan ada pula tempat adu ketangkasan : stone balancing. Untuk memperindah aliran sungai, salah satu ikan yang dipilih adalah koi warna-warni.

Sayangnya, batu-batu di sungai ini telanjur banyak yang diambil untuk bahan bangunan. Ini yang membuat tanggulnya rawan longsor. Komunitas ini sempat swadaya memasang bronjong di beberapa titik, untuk mencegah longsor.

Melihat kesungguhan komunitas ini, Pemkab Trenggalek kemudian membantu mereka dengan bronjong. Saefudin dan kawan-kawan berencana membangun kontrol air di area hulu, untuk mengatur debet air dari hulu ke hilir.


Kini, Gupili menjadi tempat yang asyik untuk nongkrong. Tempat ini menawarkan alternatif wisata, dalam perjalanan menuju Pantai Prigi yang sudah sangat terkenal. Bukan hanya untuk orang dewasa, anak-anak juga aman bermain di tempat ini.

“Kami sepenuhnya didukung warga sekitar dan pemerintah desa. Saat kami membangun Gupili, warga yang menyumbang kayu maupun bahan bangunan tempo dulu untuk dipakai,” tutur Saefudin.

Berbagai komunitas pun mulai memanfaatkan tempat ini pertemuan. Namun Gupili tidak melupakan fungsi pelestarian alam. Gupili dengan Sungai Keping telah tercatat dalam restorasi sungai nasional, teregistrasi nomor 22. (david)
Auto Europe Car Rental