Wisata Petik Jeruk Ponorogo : Petik dan Makan Gratis di Kebun
Ada ribuan buah jeruk jenis siam khas Jogja di setiap batang pohon, siap santap. Beberapa pengunjung asyik memegang, memilih, dan kemudian mencopotnya dari ranting pohon. Mengupas dan memakannya, lalu manggut-manggut.
Jeruk siam termasuk buah yang populer dibudidayakan. Buah jeruk ini identik dengan kulit yang mengilat dan tipis. Jeruk yang sering disebut juga keprok ini, memiliki rasa buah yang manis dan mudah beradaptasi.
"Segar, enak, manis. Rasanya beda dengan beli di pasar," kata Putri Dianiaya, salah satu pengunjung. Dia lantas kembali memilih buah yang manis, langsung petik di pohon itu.
Sebaliknya, Intan Kusuma yang telah puas menikmati jeruk, mengambil beberapa lagi untuk buah tangan orang rumah. Tidak lupa bersama-sama teman lain, melakukan foto selfie dengan latar belakang agro wisata jeruk ini.
Pemilik kebun jeruk Segading Agro, Maiful Hadi mengelola setidaknya 400 pohon jeruk di tanah seluas 1,5 hektare itu. Dia menyediakan keranjang di dalam kebun sebagai tempat petik jeruk sekaligus wadah jika ingin membawa pulang.
"Saya free kan. Untuk masuk dan makan di tempat gratis. Tapi kalau dibawa pulang per kilonya saya hargai Rp 12.000," kata pria 50 tahun dengan dua anak ini.
Kalau mau gratis membawa pulang, datang saja Senin atau Kamis, Maiful Hadi memberi cuma-cuma untuk yang puasa. Tapi, hanya gratis 1 kg saja. Segading Agro buka setiap bulan Maret, mulai 08.00-17.00 WIB.
Lazimnya, jeruk di Segading Agro berbuah pada Juni sampai Agustus. Maiful Hadi harus menyetting dulu buahnya dengan cara sendiri yang sangat rahasia. Jadi, pengunjung cukup mencatat cirinya saja.
Untuk menentukan jeruk di Segading Agro sudah matang dan manis, tinggal melihat bagian bawah. Cirinya, minimal rata atau cekung ke bawah, warnanya mengilat atau agak kekuningan. Kalau dipijat empuk.
"Cara memetik, pegang rantingnya dan buah jeruk dilipat ke atas. Pangkal rantingnya tidak ikut. Jadi, bisa disimpan," kata pria lulusan S1 Pendidikan Bahasa Arab di UIN Jogja ini.
![]() |
Maiful Hadi (foto : kompas.com) |
Maiful Hadi jatuh bangun merintis usaha buah jeruk ini sejak tahun 2000-an. Dia menanam jeruk di lahan yang tidak produktif milik keluarga istrinya. Dia membersihkan dan memanfaatkan sebagai peternakan sapi dan ditanami pohon jeruk.
Apes, pada 2001, kebunnya terkena terjangan banjir. Ratusan pohon jeruk rusak berat. Usahanya mulai berkembang lima tahun kemduian. Maiful Hadi kembali menanam 400 batang pohon jeruk. Sekitar 2,5 tahun, berbuah. Anehnya, panenannya di bulan ketiga dan keempat, bukan kedelapan.
Sebelum membangun Segading Agro, Maiful Hadi menjual hasil kebun jeruknya ke kantor-kantor dan pedagang buah. Suatu hari, beberapa teman datang ke rumahnya, mencoba memetik jeruk langsung di kebunnya.
![]() |
Pengelola Segading Agro menyediakan keranjan untuk menampung jeruk yang dipetik. (foto : jatimnow.com) |
Mereka bilang, memetik di kebun, rasanya lebih nikmat daripada makannya. Muncullah ide membuka agrowisata petik buah di tengah Kota Ponorogo. Jadi, pengunjung tak perlu jauh-jauh ke desa sudah bisa menikmati suasana kebun jeruk.
Secara resmi, Segading Agro mulai operasional tahun 2016. Sekali panen bisa mengantongi keuntungan bersih hingga Rp 30 juta. Bila dua kali panen dalam setahun, silakan hitung sendiri. Biasanya, kebun ramaoi saat akhir pekan atau hari libur nasional.
Jadi, sudah siap memetik jeruk? Dijamin, kaki tidak terasa capek meski harus mengelilingi kebun jeruk yang luasan itu. Hati pasti senang melihat belasan pohon hijau dengan buah yang merangsang untuk dipetik. (*)