Soto Dahlok, Kuliner Legendaris di Jl Fatahilah Jember
SOTO Dahlok merupakan kuliner legendaris di Jember. Tepatnya, Soto Ayam Dahlok ini ada di Jalan Fatahillah 1 Kabupaten Jember. Berdiri tahun 1958, dirintis oleh Pak Lan.
Namun sejak 2009, Soto Ayam Dahlok ini sudah dikelola Agus Subiantoro dan Dwi Sugianto. Mereka merupakan generasi ketiga alias cucu dari sang perintis kuliner tersebut.
Setiap hari, Warung Soto Dahlok yang lokasinya berjarak 500 meter di sebelah barat Alun-alun Jember ini selalu ramai pengunjung. Kebanyakan, didominasi kalangan mahasiswa.
Harga satu porsi soto ayam di warung ini cukup bervariatif. Mulai dari Rp 13.000 hingga Rp 27.000. Harga valid per Juli 2023. Warung Soto Dahlok Jember buka setiap hari, pukul 08.00 hingga 21.00 WIB.
Agus Subiantoro, satu dari dua Pengelola Warung Soto Dahlok Jember, mengatakan, awalnya kuliner itu dijual menggunakan pikulan yang terbuat dari rotan pada tahun 1958 hingga 1980-an.
"Jadi, masih ngemper di toko dekat jalan raya (Jalan Sultan Agung) setelah itu pindah ke sini, buat warung dari bambu. Kisaran tahun 2000-an, baru buat permanen seperti ini, sampai sekarang," ujarnya.
Sebutan Soto Dahlok diambil dari nama toko kacamata yang berada di Jalan Sultan Agung Jember. Waktu itu keberadaan kuliner ini, tepat di belakang ruko usaha optik.
Ada pelanggan yang bilang itu. Katanya, kalau mau beli soto, ya di belakangnya Dahlok saja. Posisinya ada di depan sana. Waktu itu kakek nenek jualannya di belakangnya.
Namun sekarang, Kata Agus, toko kacamata ini sudah tidak ada di Kabupaten Jember. Nama Dahlok justru lebih melekat pada warung sotonya.
Pilihan WaniMbambung
- Blue Bottle Coffee Unveils First Southeast Asian Outlet At Lumine Singapore
- Amara Singapore Announces Second Edition of “Local Legends” in Collaboration with Chef Damian D’Silva from 2 to 17 April 2025
- DailyCo Adakan Bazar Kuliner di Jakarta Premium Outlets
- Siropen Leo Sirup Legendaris dari Kota Malang
Agus menduga hal itu karena para pelanggan dulu yang sudah tua, merekomendasikan kepada anak-anaknya, jika mau makan soto untuk memilih di Gang Dahlok.
Rata-rata pembeli datang ke warung soto pada saat jam-jam makan. "Pagi kadang juga ramai, biasanya mereka beli untuk sarapan. Kalau siang saat waktu jam istirahat kantor. Kalau malam, ya kadang mereka datang satu keluarga di sini," tutur Agus.
Agus berucap, untuk menjaga kualitas rasa kuliner legendaris ini, dia menerapkan komposisi bumbu dan porsi resep masakan, sesuai yang diajarkan kakek neneknya.
Seperti racikan kunyitnya, bawang merah dan putihnya, lengkuasnya harus dijaga porsinya. Jadi sesuai dengan resep zamannya kakek nenek dulu.
Cara memasaknya pun masih mengunakan metode tradisional, yakni dengan memakai arang dan kayu bakar untuk memasak kuah sotonya. Kalau butuh api besar kadang mengunakan kayu. Untuk masak kuah dasarnya.
Karakter rasa pada soto ini, Agus mengungkapkan kuahnya lebih terasa segar karena dimasak tanpa campuran koyah, sehingga itu yang menjadi pembeda dengan kuliner sejenis di zaman modern.
"Dan kuahnya itu dominannya lebih banyak bawang putihnya. Kalau di luar sana kan lebih banyak menggunakan koyah, bedanya di situ," katanya.
Agus menuturkan resep masakan Soto Dahlok ini, bukan berasal dari Bumi Pandalungan. Kakek dan neneknya berasal dari luar daerah. Kakek dari Kediri, nenek dari Jombang. Lalu hijrah ke Jember dan membawa resep itu. (*)