Cara Atasi Sakit ketika Travelling : Kisah Rina di India
Most suspect untuk hepatitis kan? Pasti bikin orang-orang menjauh dari saya. Kebetulan, saya memang tidak punya travel insurance, bahkan sampe sekarang, masih belum punya dan tidak merasa perlu (hee..hehe).
Anyway, mungkin berbeda dengan kisah lain, di Kolkata itu belum ada satupun orang yang saya kenal. Setelah terdampar di sebuah kamar kosong di sudut pasar, seorang teman Backpacker Dunia (BD) mengusulkan agar saya kontak KBRI (itulah pentingnya komunitas.. Encouragement dan info itu support penting ketika traveling).
Orang KBRI ketika saya telepon, kedengerannya sih sarkastik dan apatis. Sempat bikin down juga saat itu.. Eh, nggak disangka-sangka, esok harinya, saya menerima telepon dari KJRI di Kolkata, yang bilang terima laporan dari KBRI tentang keadaan saya.
Orang-orang KJRI yang menngontak dan akhirnya menolong saya itu, adalah orang asli India. Tidak ada orang Indonesianya sama sekali. Ada sih ibu-ibu Indonesia yang menelepon saya, mengaku teman dari Konsulat yang dimintai tolong untuk berkomunikasi sama saya dalam Bahasa Indonesia.
But, instead of helping and sympathized on my condition, gw saya malah diomel-omelin karena berani pergi "jalan-jalan" tanpa duit dan tanpa insurance.. Omelan yang cenderung menghina gitu dehhh.. Sakitttt rasanya mendengar kata-kata dia di telepon.
Akhirnya, saya tidak mau lagi mengobrol dengan itu emak-emak, dan milih bicara langsung saja dengan Konsulatnya dalam bahasa Inggris (untunglah Inggris saya lumayan untuk ngobrol doang mahh.. ketimbang manyun).
Akhirnya, saya benar-benar di-taking care sama KJRI. Dipilihkan rumah sakit swasta bagus, yang sesuai dengan keadaan keuangan saya, dan bersedia jadi penjamin saya di rumah sakit itu.
Saya ditempatkan di Kelas 3, dengan service VVIP, berasa tamu negara. Selama 9 (sembilan) hari perawatan kelas VVIP, dengan biaya kurang dari Rp 10 juta. Itu adalah "keberuntungan" saya bertemu dengan orang-orang baik.
What I want to emphasized on my version of story adalah in the end, balik kepada karakteristik orang-orangnya lagi sih. Walau berbalut dengan embel-embel institusi, walau institusinya "harusnya" melayani sungguh, kalau akhirnya kenyataannya dudul, yaaa lebih krn individunya aja sihhh..
Diceritakan Oleh Rina Rumahorbo, Member of Backpacker Dunia
PS : In anyway, anjuran saja utk teman2 agar "melapor" ke KBRI kalau mendatangi satu negara tertentu.. Memang bukan kewajiban tertulis, namun akan lebih nggenah sebagai silahturahmi dr anak negeri. Laporan itu ngga harus resmi-resmi banget kok.. Atau hanya bisa dilakukan kalau kita akan ke kota yg sama di mana KBRI berkantor. Sebelum terbang, cek KBRI negara tujuan di internet, biasanya ada kontak no. yang bisa dihubungi.
Happy and health traveling..