Kuliner Khas Suku Osing Banyuwangi: Ada Pecel Pitik hingga Tape Buntut
KULINER khas Suku Osing Banyuwangi, yang paling banyak dikenal adalah nasi tempong. Padahal ada pilihan lain yang tak kalah unik dan enak.
Suku Osing di Banyuwangi, memiliki banyak kuliner yang resepnya merupakan warisan turun temurun. Kuliner khas Suku Osing bisa ditemukan di Pasaran Jajanan Kampung Oseng di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang digelar Minggu pagi hingga siang.
Ada kuliner pecel pitik, yang sajiannya berbeda dibanding pecel-pecel lain. Bumbu pecel dicampur parutan kelapa berbumbu. Keduanya kemudian diaduk dengan air kelapa.
Bumbu itu kemudian disajikan bersama nasi putih dan suwiran ayam kampung panggang. Campuran aneka bahan tadi membuat cita rasa pecel pitik beragam.
Rasanya lebih nano-nano dibandingkan pecel khas daerah lain. Ada gurih, manis, dan sedikit pedas. Aroma bumbu pecel pitik juga sedap.
Sri Indah, pelaku kuliner di Pasaran Jajanan Kampung Oseng mengatakan, pecel pitik merupakan makanan khas Suku Osing. Kuliner ini mulanya makanan wajib yang disajikan di setiap kegiatan besar, termasuk ritual budaya.
Lambat laun, dijual, agar wisatawan yang datang ke desa budaya itu bisa merasakan kuliner khas setempat. "Makanan ini memang menjadi kuliner khas warga Suku Osing sejak dulu," kata Sri.
Lalu, ada kuliner sayur kesrut, yang penampakkannya mirip sayur asem. Namun lebih berminyak dan dipenuhi aneka sayuran seperti buncis dan kecombrang.
Pilihan WaniMbambung
Rasa masam di sayur kesrut berasal dari belimbing wuluh yang dipakai sebagai salah satu bahan. Ini yang membedakan sayur ini dengan sayur asem atau sop.
Sri mengatakan, sayur kesrut bisa dimakan langsung dengan nasi. Tapi, bisa juga sebagai pelengkap pecel pitik. Sayur kesrut khas Suku Osing.
Seporsi pecel pitik dipatok seharga Rp 20.000 sementara sayur kesrut Rp 10 ribu. Botok-botokan dihargai Rp 5.000 per porsi. Harga valid per Desember 2022.
Kuliner khas Osing lainnya, adalah tape buntut karena tape ini dibungkus dengan daun kemiri hingga menyerupai ekor binatang.
"Tape berwarna hijau yang berasal dari pewarna alami. Jadi semua alami. Bahannya alami, bungkusnya alami," kata Susianti, pembuat tape buntut.
Tape buntut dibuat dari beras ketan yang difermentasi. Pasangan tape buntut adalah tetel ketan. Tetel dibungkus daun pisang. Cara makannya, tetel dan tape dimakan bersama-sama dalam satu suapan.
Seperti tape umumnya, tape buntut terasa manis-masam. Dimakan bersama tetel membuat tape ini cukup mengenyangkan. (*)