Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Hanin Dhanny dan Ransel yang Tertukar

UMUR tidak bisa bohong. Pengalaman Hanin Dhanny ini mirip dengan yang dialami orang tua saya. Bapak saya sudah sepuh (tua), terkadang bisa berpikir normal, kadang ngelantur tidak tentu arah. Kadang ingat dengan benar, kadang tidak ingat sama sekali.

Suatu kali, bapak jalan-jalan seperti biasa di sore hari. Entah bagaimana, hingga waktunya kok tidak pulang-pulang. Kami semua sekeluarga dibuat bingung. Apalagi, bapak gaptek ponsel, sehingga tidak pernah membawa alat komunikasi apapun.

Setelah Maghrib, tiba-tiba ada mobil patroli polisi berhenti di depan rumah. Seorang petugas turun, lalu menggandeng seorang laki-laki. Nah, yang digandeng itu adalah bapak saya. "Kami menemukannya di Jl Bantul," kata petugas itu.

Jadi, bapak saya jalan tidak tahu arah pulang, dari rumah di Tegalrejo, Yogyakarta, tapi kesasar hingga Jl Bantul. Kalau dihitung, kurang lebih hampir 20 km. Pelajaran moralnya, sebaiknya memang, selalu ada yang mendampingi orang tua. yang sering lupa dengan apa yang dibawa atau dilakukannya.

Begini kisah perjalanan @HaninDhanny yang diunggap di twitter pada 16 September 2018. Kejadian itu tentang hilangnya ransel yang perlu diceritakan buat kalian, tapi akan lebih fokus bagaimana kita perlu menemani orang tua saat berpergian dgn pesawat.

Singkat cerita saat naik maskapai SJ (Sriwijaya Air) malam, ada bapak berkopiah putih menaiki pesawat sendirian dengan langkah tertatih. Beliau membawa 1 tas hitam dan ditaruhnya di bagasi kabin.

Si Bapak duduk di kursi, di belakangku. Awal boarding masih sepi, jadi beliau langsung menduduki nomor kursi pesawat itu. Tempat duduknya dekat window sebab masih sepi. Dan, 10 menit kemudian, beberapa penumpang datang ke kabin pesawat.

Rombongan bapak-bapak dan ibu-ibu juga datang, yang ribut dengan nomor kursinya. Si bapak peci putih dibuat bangun oleh salah satu dari mereka karena tempat duduk yang dia tempati adalah milik mereka.

Bingunglah si pak tua. Pramugara segera menengahi dengan meminta boarding pass masing-masing. Sayangnya, si pak tua kelihatannya lupa menaruh kertasnya. Sarung, saku celana, dan saku baju telah ia rogoh dan tidak ada hasil.

Akhirnya, pramugara menuruti boadding pass rombongan dan meminta pak tua di seat tersisa. Dia berada di Kursi 17B, yang awalnya 17A. Sang kakek pun menuruti dan  pramugara menasihatinya bahwa boarding pass tidak boleh hilang sampai selama berada di bandara dan pesawat.

Batinku, bila ada anak atau seseorang yang menemani akan sangat terbantu masalah kakek ini. Tapi yang terpenting, si kakek tidak banyak protes seperti para rombongan, yang bahkan pramugari memberitahukan dengan speaker utk menduduki kursi sesuai nomor kursi di boarding pass.

Pesawat landing sampai Surabaya (SUB) pukul 22.00 WIB. Beberapa penumpang langsung berdiri, sibuk antre dan mengambil tas dari kabin. Aku yang masih pusing berpikir  meninggalkan pesawat saat antrean turun dari pesawat telah sepi.

Lalu, 15 menit berlalu dan pesawat sudah sepi. Aku bergegas bangkit mengambil ranselku di kabin. Yang kutemui, isi kabin telah kosong. Ranselku raib. Kulaporkan pada pramugari dan mereka mencarikan barangku di kabin lain.

Tak ada hasil di kabin manapun. Langkahku makin lesu karena kondisi yang masih pusing dan kejadian hilang ransel berisi laptop dan dompet. Tiga orang penumpang  di belakang menyuruhku bergegas mencari sebelum hilang dari bandara.

Kupercepat langkahku hingga memasuki pintu kedatangan bandara. Beberapa penumpang pesawat yang sama, ramai ada di toilet. Kuperhatikan seksama bawaan mereka dan kutemukan ranselku dibawa oleh bapak tua itu.

Hatiku lega skli menemukannya tanpa harus berkeliling lagi. Emosi yang awalnya membuncah menjadi senyap karena aku tahu orang tua ini sangat kebingungan.

👩Pak, itu ransel saya.
👴Hah? Ini? (Ia lihat ranselku seksama)
👴Lho, iya. (Memberi ranselku)
👩(Ku hampiri ranselku)
👴Lalu punya saya di mana?
👩Coba bapak cek di kabin pesawat.

Aku langsung beranjak pergi dari depan toilet menuju pengambilan bagasi. Terlihat kejadian salah barang oleh petugas bandara. Si bapak tua segera  lapor ke petugas dan bertanya di mana tas yang ia bawa sekarang.

Selama pengambilan bagasi, si bapak menemui petugas bandara serta petugas maskapai SJ. Saat ia ditanya pesawat yang ia naiki, boarding pass, serta nomor kursi, ia menjawab lupa dan hanya bisa menjawab yang ia ingat.

Ingin kubantu tapi aku juga tak tahu barang yang ia bawa. Kemudian aku hanya bisa membatin, kasihan dengan kondisi sendirinya orang tua itu, tanpa ada yg mendampingi selama naik peswat.

Meski aku juga pernah menemui seorang bapak tua atau seorang ibu tua sendirian selama aku naik peswat dan sanggup mengurusi perjalanannya. Namun tetaplah orang tua perlu untuk ditemani oleh seseorang atau anaknya selama di pesawat agar kejadian menyedihkan ini tidak terulang.

Dulu pernah ada bapak sepuh naik pesawat dari Surabaya ke Singapura, sendrian dengna tas mungilnya. Ia bertutur padaku bahwa seminggu sekali ia berjalan-jalan ke Singapura sendirian. Anaknya kuliah di UK. Termasuk #CrazyRichSurabayan kali ya hehe. Tap pnmpilan beliau memang nggak ngetoki kaya.

Tapi tetap ada kesan kesepian gitu bagi orang yang sangat sepuh untuk berpergian dengan naik pesawat sendirian. Semoga dari cerita ini ada hikmah bagi kita, untuk bisa meluangkan waktu menemani orang tua saat berpergian dengan pesawat.

Sumber : 羅漢娜 (@HaninDhanny)
Auto Europe Car Rental